BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Kasus
pemicu 1
Nadya,10
tahun dibawa ibunya ke Poliklinik Ana dengan keluhan 3 hari, demnm dan sulit
istirahat. Suatu hari terakhir,kondisinya semakin menurun karna sesak nafasnya.
Berdasarkan pemeriksaan dokter di dapatkan data bahwa RR : 28 x/menit. Saat
bersamaan dokterjuga melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada penyakit
pada anak Nadya.
B. Kata Kunci
1.
Usia 10 tahun
2.
Demam
3.
Batuk – batuk
4.
Sulit istirahat
5.
Sesak napas
6.
RR 28 kali per menit
C. Pembahasan Kata Kunci
1. Anak usia 10 tahun tergolong anak usia sekolah, dimana
anak usia ini cukup banyak mengeluarkan aktifitas. Anak belum terlalu
memperhatikan kesehatannya,ia cenderung sibuk bermain dengan teman – temannya
sehingga resiko terjangkit penyaki itu lebih tinggi selain itu hal ini juga
tergantung dari daya tahan tubuh. Pada usia ini organ – organ anak tersebut
masih dalam proses menuju kesempurnaan
2. Demam merupakan suatu keadaan
dimana terjadi perubahan suhu,dimana suhu tersebut melebihi suhu normal.proses
perubahan suhu tubuh terjadi pada keaadaan sakit lebih dikerenakan karena zat
toksik yang masuk dalam tubuh,umumnya keaadaan sakit dikarenakan karena adanya
inflamasi( peradangan). Proses peradangan ini merupakan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap serangan yang mengancam proses fisiologi tubuh. Hal ini diawali
dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme). Nah mikroorganisme tersebut mengandung
pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut tubuh akan memerintahkan tentara
pertahan tubuh lain seperti leukosit, makrofag,limfosit untuk memakannya
(fagositosit). Dengan adanya fagositosit ini tentara perahanan tubuh akan
mengeluarkan senjatanya aitu pirogen endogen yang berfungi sebagai anti
infeksi. Selanjutnya pirogen endogen yang keluar akan merangsang sel epitel
hipotalamus untuk mengeluarkan suatu subtasi yaitu asam arakhidonat.Asam
arakhidonat ini akan memacu kerja prostaglandin (PGE2),dan pengeluaran
prostaglandin akan mempengaruhi kerja hipotalamus,sebagai kompensasinya
hipotalamus akan meningkatkan titik patokan (suhu diatas normal). Akibatnya
terjadi respon dingin/menggigil. Adanya proses menggigil ( pergerakan otot
rangka) ini di tunjukan untuk menghasilkan panas suhu tubuh yang lebih banyak.
Maka terjadilah demam.
3. Batuk ialah mekanisme saluran
napas untuk membersihan saluran napas.rangsangan penyebab batuk biasanya adalah
rangsangan mekanis, kimia,dan peradangan. Batuk dapat dikatakan patologis jika
frekuensinya terlalu dalam.
4. Sulit istirahat dikarenakan efek samping dari
demam dan batuk sehingga sulit bagi
penderita untuk beristrahat.
5. Sesak napas
Sesak nafas adalah keluhan tidak nyaman bahkan merasakan
nyeri saat proses proses pernapasan frekuensinya meningkat 24x/menit. Sesak
napas diakibatkan karena terjadi peradangan dan penyempitan pada saluran
pernapasan.
6. RR 28x per menit
Berhubugan dengan sesak napas( penjelasan no 5).hal ini
juga menunjukkan terjadinya takipneu.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT ( ISPA ) DAN FARINGITIS
I. ISPA
A. KONSEP MEDIK
a.
DEFINISI
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14
hari. Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah
dan selaput paru.
ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian.
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yangbukan pneumonia.
Pneumonia dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian.
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yangbukan pneumonia.
Pneumonia dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA,
penyakit ISPA dibagi menjadi dua
golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.
Untuk kelompok umur <2 bulan klasifikasi dibagi atas :
Untuk kelompok umur <2 bulan klasifikasi dibagi atas :
Pneumonia berat
|
Bukan Pneumonia
|
1. Nafas cepat
lebih dari 60 x/menit
2. Tampak tarikan
dinding dada
3. Diisolasi
dari cacing tanah oleh Ruiz
|
1. Tidak ada nafas cepat (nafas
kurang dari 60 x/menit
2. Tidak ada tarikan dinding
dada/bagian bawah ke dalam yang kuat
|
Untuk kelompok
umur 2 bulan -<5 tahun klasifikasi dibagi atas :
Pneumonia berat
|
Pneumonia
|
Bukan Pneumonia
|
1. Tampak tarikan
dinding dada/bagian bawah ke dalam yang kuat
|
1. Tidak ada
tarikan dinding dada/bagian bawah ke dalam yang kuat
2. Nafas cepat:
- bayi umur 2 bulan - < 12 bulan lebih dari 50 x/menit
- anak umur 1 tahun - < 5 tahun lebih dari 40 x/menit
|
1. tidak ada nafas
cepat
2. tidak ada
tarikan dinding dada/bagian
bawah ke dalam yang kuat.
3. batuk
pilek bias
|
Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri,
virus ,dan riketsia.Bakteri penyebab ISA antara lain adalah dari genus
streptokokus. Stafilokokus,pnemokokus,homofilus,bordetela dan korinebakterium.
Virus penyebab ispa antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,koronavirus,pikornavirus,mikoplasma,herpesvirus
dan lain-lain
1. Virus utama : ISPA atas : Rinovirus,Corona virus, Adeno
virus,Entero virus
2. ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,
Adeno virus
3. Bakteri utama : streptococus,
pneumonia, hemophilus influensa,staphylcoccus aureus
4. Pada neonatus dan bayi muda :
chlamidia trahomatis
5. Pada anak usia sekolah : mycoplasma pneuonia
c. ANATOMI DAN FISIOLOGI
a) Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga
hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir
sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi
memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang
rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua
sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh
sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus
dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae
superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
1. Lubang
hidung
2.
Sinus Sphenoidalis, diatas concha
superior
3.
Sinus ethmoidalis, oleh beberapa
lubang diantara concha superior dan media dan diantara concha media dan
inferior
4.
Sinus frontalis, diantara concha
media dan superior
5. Ductus nasolacrimalis,
dibawah concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
b.) Faring ( Tekak )
adalah
pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang
larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan
gabungan sistem respirasi dan pencernaan.
c. ) Laring ( Tenggorok )
Terletak pada garis tengah bagian depan leher,
sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan
laringofaring dan bagian atas esopagus.
Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:
1. cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea
2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis
Cartilago tyroidea berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.
Membrana Tyroide à mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum.
Membrana cricothyroideum menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.
Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:
1. cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea
2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis
Cartilago tyroidea berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.
Membrana Tyroide à mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum.
Membrana cricothyroideum menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.
d. ) Trakhea
Adalah tabung fleksibel
dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari
cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium
sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus
sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di
tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 –
20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea,
selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
e. ) Bronchus
Bronchus yang
terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi
oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping
ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih
vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus
bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang
yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
f. ) Paru - Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan.
Paru-paru memilki :
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
4. dan basis. Terletak pada diafragma
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
4. dan basis. Terletak pada diafragma
paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral
pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk
lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan
inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan
inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar
dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran
gas.
d.
PATOFISIOLOGI
Masuknya
kuman atau virus ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan mengakibatkan
terjadinya reaksi antigen dan antibody pada salah satu tempat tertentu di
saluran nafas bagian atas. Reaksi tersebut berupa reaksi radang, sehingga
banyak sekali dihasilkannya mukus seteret, dari reaksi radang tersebut akan
merangsang interleukin 1 yang berupa pengeluaran mediator kima berupa
prostaglandin, hal tersebut akan menggeser sel point pada hipotalamus posterior
yang mengakibatkan tubuh menggigil dan demam. Reaksi tersebut disebut dengan
comoon cold. Respon batuk akan muncul seiring dengan terangsangnya villi –
villi saluran pernafasan akibat adanya mukus. (Khaidirmuhaj, 2008 ) .
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi
menjadi 3 tahap yaitu :
1.
Tahap prepatogenisis : penyebab ada, tetapi
belum menunjukan reaksi apa- apa
2.
Tahap inkubasi : virus
merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa tubuh menjadi lemah apabila kedaan
gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3.
Tahap dini penyakit :
Mulai dari munculnya gejala penyakit dibagi menjadi 4 yaitu dapat tumbuh
sempurna, sembuh dengan atelektatis, menjadi teronis dengan meninggal akibat
pneumonia. ( Vietha, 2009 ) F. Pathway ( Nanda, 2007 ) ( Khaidirmuhaj, 2008 ).
enelan Dx
: besihan jalan nafas
Inflamasi pd membran mukosa akumulasi sekret
Faring dan tonsil
e. MANIFESTASI
KLINIS
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat
berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung,
• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung,
• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
TANDA
– TANDA LOBARIS ISPA
•hypoxemia,
•hypercapniadan
•acydosis(metabolikdanataurespiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing
•hypercapniadan
•acydosis(metabolikdanataurespiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing
f.KOMPLIKASI
1. Meningitis
2. Abses peritnsiliar
3. Sepsis
4. Demam rematik
5. Otitis media
6. Sinusitis
7. Pneumonia
g. PENATALAKSANAAN MEDIK
a.
Suportif : meningkatkan daya tahan
tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll.
b.
Antibiotik
c.
Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
d.
Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa
dan S.Aureus
e.
Menurut WHO:Pneumoniarawat
jalan yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin,Ampisillin,Penisillin Prokain,Pnemonia berat
: Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin.
f.
Antibiotik baru lain :
Sefalosforin,quinolon dll.
h. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Prinsip perawatan
ISPA antara lain :
a.
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b.
Meningkatkan makanan bergizi
c.
Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila
hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih
e.
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
f. Bila terserang pada
anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
g.
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
h. Mengatasi
batuk dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau
madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
B . KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1 Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada
pasien dengan ISPA :
a. Riwayat :
demam,batu,pilek,anoreksia,badan lemah/tidak bergairah,riwayat penyakit pernapasan,pengobatan yang dilakukan
dirumah dan penyakit yang menyertai.
b. Tanda fisik
: Demam,dyspneu,tachipneu,menggunakan otot pernafasan tambahan,faring hiperemis,pembesaran
tonsil,sakit menelan.
c. Faktor
perkembangan : Umum ,tingkat perkembangan,kebiasaan sehari hari,mekanisme
koping,kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan
pasien/keluarga: pengalaman terkena penyakit
pernafasan,pengetahuan
tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
2. Diagnosa
1.
Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
3.
Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
4.
Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder
(adanya infeksi penekanan imun)
3. Intervensi
1. Peningkatan suhu tubuh bd proses
inspeksi
Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar
antara 36 – 37, 50
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Observasi
tanda – tanda vital
2. Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan
kompres dingin ( air biasa) pada kepala / axial.
3. Anjurkan
klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat
seperti terbuat dari katun.
4. Atur sirkulasi udara.
5. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500
ml/hr.
6. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
selama fase febris penyakit.
7. Kolaborasi dengan dokter :
•Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial •antipiretika |
1. 1. Pemantauan tanda vital yang teratur
dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.
2. Degan menberikan kompres maka akan terjadi proses
konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara .
3. Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk
pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.
4. Penyedian udara bersih.
5. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh
meningkat.
6. Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan
panas.
7. Untuk mengontrol infeksi pernapasan Menurunkan
panas
|
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
Tujuan : klien dapat mencapai BB
yang direncanakan mengarah kepada BB normal
* Klien
dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
* Tidak menunujukan tanda malnutrisi.
* Tidak menunujukan tanda malnutrisi.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Kaji kebiasaan diet,
input-output dan timbang BB setiap hari
2. Berikan makan pporsi
kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat
3. Beriakan oral sering,
buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu dan ciptakan
lingkungan beersih dan menyenamgkan.
4. Tingkatkan tirai baring.
5. Kolaborasi
• Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien |
1. Berguna untuk menentukan
kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.
2. Untuk menjamin nutrisi adekuat/
meningkatkan kalori total
3. Nafsu makan dapt dirangsang pada
situasi rilek, bersih dan menyenangkan.
4. Untuk mengurangi
kebutuhahan
metabolic
5. Metode makan dan
kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk
memberikan nutrisi maksimal.
|
3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Teliti keluhan nyeri
,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor memperburuk atau meredakan
lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.
2. Anjurkan klien untuk
menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok.
3. Dan mengistirahatkan / meminimalkan
berbicara bila suara serak.
4. Anjurkan untuk melakukan
kumur
air
garam hangat
5. Kolaborasi
Berikan
obat sesuai indikasi
• Steroid oral, iv, & inhalasi • analgesic |
1. Identifikasi
karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang
amat penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke
efektifan dari terapi yang diberikan.
2. Mengurangi bertambah
beratnya penyakit.
3. Peningkatan sirkulasi
pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
4. Kortikosteroid digunakan untuk
4. mencegah
reaksi alergi / menghambat pengeluaran histamine dalam inflamadi pernapasan.
5. Analgesic untuk
mengurangi rasa nyeri
|
4. Resiko
tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder adanya
infeksi penekanan imun)
Tujuan : tidak terjadi penularan dan
tidak terjadi komplikasi
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Batasi pengunjung sesuai
indikasi
2. Jaga keseimbangan antara
istirahat dan aktifitas
3. Tutup mulut dan hidung
jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera ketempat sampah
4. Tingkatkan daya tahan
tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita penyakit
kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika
kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang
5. Kolaborasi Pemberian obat sesuai
hasil kultur
|
1. Menurunkan potensial
terpalan pada penyakit infeksius.
2. Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan
O2 dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
3. Mencegah penyebaran
pathogen melalui cairan
4. Malnutrisi dapat
mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi
5. Dapat diberikan untuk organiasme
khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas / atau di berikan
secara profilatik karena resiko tinggi
|
Faringitis
A. Defenisi
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit
peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
B. Etiologi
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun
bakteri.Virus penyebab adalah :
1. Agen
Sebagian besar kasus ISPA disebabkan
oleh virus yang menginfeksi saluran pernfasan seperti : koronavirus,
adenovirus, parainfluenza sedangkan bakteri yang seperti : streptococcus,
pneumonia, stapilokokus
2. Manusia
a. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay
(1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA
1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini
terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen
saluran nafasnya masih sempit.
b. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit
infeksi masih merupakan penyebab utama kematian terutama pada anak dibawah usia
5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu
biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya
tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya
bibit penyakit dalam tubuh.
c. Status Nutrisi
Nutrisi seseorang berpengaruh pula
terhadap kesehatan, jika nutrisi seseorang terpenuhi maka imunitasnya pun
semakin bagus sehingga dapat melawan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.
d.
Daya Tahan Tubuh
Imunitas berperan sebagai antibodi
untuk mencegah terjadinya infeksi dan melawan mikroorganisme yang masuk ke
dalam tubuh.
e. Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam
proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan
infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari)
payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin,
Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat
penting untuk melindungi bayi dari infeksi.
f. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk
melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan
terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada
pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam
pemeliharaan kesehatan anak
2. Lingkungan
a.
Kelembaban
Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di
Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross sectional didapatkan
bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita.
Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan
mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita
sebesar 28 kali.
b.
Suhu
Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah
sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan
rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi
syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
c.
Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak
fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut
tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni
rumah tersebut tetap terjaga.
d.
Polutan
Polusi udara seperti asap kendaraan,
asap pabrik, dan sebagainya yang mengandung gas berbahaya yang beracun dapat
merusak saluran pernafasan.
e.
Aktivitas
Orang yang
sering beraktivitas mudah lelah sehingga imunitas menurun
f.
Status
Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja,
dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran
total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke
dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan
bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke
pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.
C. Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan
sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan
cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan
hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang
berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan
limfoid.Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring
posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak
sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.
E. Komplikasi
1.
Otitis media purulenta
bakterialis
Daerah
telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube terkontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2. Abses
Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.
3. Glomerulus
Akut
Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.
Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.
4.
Demam Reumatik
Infeksi streptoceal yang awalnya
ditandai dengan luka pada tenggorokan akan menyebabkan peradangan dan
pembentukan jaringan parut pada katup-katup jantung, terutama pada katup mitral
dan aorta.
5.
Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada
disekitar hidung dapat berupa sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis
maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah
satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Penyakit ini
dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga campuran seperti
streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb siella pneumoniae.
6.
Meningitis
Infeksi
bakteri pada daerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian masuk ke
meningen dapat menyebabkan meningitis.Akan tetapi komplikasi meningitis akibat
faringitis jarang terjadi.
F.
Klasifikasi
Berdasarkan
lama berlangsungnya;
a)
Faringitis akut, adalah
radang tenggorokan yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus
grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah,
malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk. Faringitis ini
terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.
Faktor predisposisi:
-
Rinitis kronis
-
Sinusitis
-
Iritasi kronik pada perokok dan peminum alcohol
-
Inhalasi uap pada pekerja dan laboratorium
-
Orang yang sering bernafas dengan mulut karena hidungnya tersumbat.
b)
Faringitis kronis, radang
tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai
nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.Faringitis
kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam
lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan
kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.Faringitis kronik dibagi menjadi 3,
yaitu:
- Faringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan
umum dan kongesti membrane mukosa
- Faringitis atrofi kemungkinan merupakan tahap
lanjut dari jenis pertama (membrane tipis, keputihan,licin dan pada
waktunya berkerut).
- Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan
folikel limfe pada dinding faring
Berdasarkan agen penyebab:
- Faringitis Virus
- Faringitis Bakteri.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Kultur dan uji resistensi
2.
Pemeriksaan sputum untuk mengetahui
basil tahan asam
3.
Fotothoraks untuk melihat adanya
tuberkolusis paru. Pada penderita TB paru akan didapatkan gambaran seperti awan atau bercak,densitas rendah,batas tak
tegas
4.
Biopsi jaringan untuk mengetahui
proses keganasan serta mencari basil tahan asam di jaringan.
H. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan kultur/ biakan kuman
(swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis
kuman,
2.
Pemeriksaan hitung darah
(deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya
leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia
3.
Pemeriksaan foto thoraks jika
diperlukan (Benny:2010)
I. Terapi Medis
Tujuan utama dilakukan terapi adalah
menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang
dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut.
Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang
hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik
tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret. Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi
telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga
drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990;
452).
J. Penatalaksaanaan
1.
Untuk faringitis virus penanganan
dilakukan dengan memberikan aspirin atau asetaminofen cairan dan istirahat
baring. Komplikasi seperti sinusitis atau pneumonia biasanya disebabkan oleh
bakteri karena adanya nekrosis epitel yang disebabkan oleh virus sehingga untuk
mengatsi komplikasi ini dicadangkan untuk menggunakan antibiotika.
2.
Untuk faringitis bakteri paling baik
diobati dengan pemberian penisilin G sebanyak 200.000-250.000 unit, 3-4 kali
sehari selama 10 hari. Pemberian obat ini biasanya akan menghasilkan respon
klinis yang cepat dengan terjadinya suhu badan dalam waktu 24 jam. Erritromisin
atau klindamisin merupakan obat alin dengan hasil memuaskan jika penderita
alergi terhadap penisilin. Jika penderita menderita nyeri tenggorokan yang
sangat hebat, selain terapi obat, pemberian kompres panas atau dingin pada
leher dapat membantu meringankan nyeri. Berkumur-kumur dengan larutan garam
hangat dapat pula meringankan gejala nyeri tenggorokan dan hal ini dapat
disarankan pada anak-anak yang lebih besar untuk dapat bekerja sama.
K. Discharge planning
1.
informasikan penyebab ISPA
a. Tertular
orang lain
b. Belum
imunisasi lengkap
c. Kurang gizi
d. Lingkungan
tempat tinggal tidak sehat
2. Informasikan pada orang tua cara pencegahan ISPA
a.
Jauhkan anak dari penderita batuk
b.
Imunisasi lengkap
c.
Berikan makanan bergizi setiap hari
d.
Jaga kebersihan tubuh makan dan
lingkungan
3.
Informasikan cara perawatan ISPA di rumah
a.
Jika hidung tersumbat karena pilek
bersihkan dengan sapu tangan bersih
b.
Berikan jeruk nipis + madu apabila
terjadi pada anak./
4. Berikan pada
anak diet rendah garam dan minyak untuk mengurangi batuk pada anak
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Data dasar :
Identitas
Pasien
Pekerjaan
Usia
2. Riwayat Kesehatan
·
Keluhan Utama:
Klien
mengeluh demam
·
Riwayat penyakit sekarang:
Dua hari
sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, batuk,
pilek dan sakit tenggorokan.
·
Riwayat penyakit dahulu:
Klien
sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
·
Riwayat penyakit keluarga:
Menurut
anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien
tersebut.
3. Riwayat Keperawatan
a.
Pola Nutrisi dan Metabolik
Nafsu makan
berkurang, distensi abdomen, akumulasi sel (gas), sulit menelan, mudah
tersedak, inflamasi, demam
b. Pola Aktivitas
Lemah, sesak
nafas, peningkatan RR
c. Pola Istirahat dan Tidur
Sulit
beristirahat, gelisah, susah tidur, sesak nafas, nyeri.
B. Analisa
Data
Pola Pemeliharaan kesehatan
1. Data
subjektif :
a.
keluarga pasien mengatakan batuk 3
hari
b.
keluarga pasien mengatakan demam dan sulit untuk
istirahat.
c.
Keluarga pasien mengatakan kondisi anak menurun karena
sesak nafas
2. Data
objektif :
·
KU : lemah
·
Rr 28x/menit
Pola Nutrisi dan Metabolik
1. Data
subjektif :
Ibu pasien mengatakan pasien susah makan
2. Data
objektif :
Pasien hanya menghabiskan 1/3 dari makanan yang di
sajikan
Pola aktitivitas
1.
Data subjektif ;
Ibu pasien mengataka pasien sulit melakukan aktivitas
karena pernafasannya terganggu
2.
Data objektif :
Pasien tampak sesak
Pola tidur dan istirahat
1.
Data subjektif :
Ibu pasien mengatakan pasien susah tidur
2.
Data objektif :
Pasien tampak gelisah
C. Diagnosa Keperawatan
1.
Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi.
2.
Nyeri telan berhubungan dengan
inflamasi pada membran mukosa faring.
3.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan akumulasi sekret
4.
Nutrisi tidak seimbang berhubungan
dengan anorexia
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
|
1.
|
Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi
|
Pasien akan menunjukkan
termoregulasi(keseimbangan antara produksi panas, peningaktan panas, dan
kehilangna panas).
|
1.
Suhu tubuh kembali normal
2.
Nadi : 60-100 denyut /menit
3.
Tekanan darah : 120/80 mmHg
4.
RR : 16-20 kali per menit
|
Observasi :
TTV
Mandiri :
1. Kompres pada kepala / aksila.
2. Atur sirkulasi udara kamar
pasien
3. Health Education:
·
Anjurkan klien untuk menggunakan
pakaian tipis dan dapat menyerap keringat
·
Anjurkan klien untuk minum banyak
2000-2500 ml/hari.
·
Anjurkan klien istirahat di tempat
tidur selama masa febris penyakit
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat
|
Pemantauan tanda vital yang
teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya
Dengan memberikan kompres, maka
akan terjadi proses konduksi/perpindahan panas dengan bahan perantara :
1.
Penyediaan udara bersih
2.
Proses hilangnya panas akan
terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak menyerap keringat
3.
Kebutuhan cairan meningkat karena
penguapan tubuh meningkat.
4.
Berbaring mengurangi metabolisme
Untuk mengontrol infeksi dan
menurunkan panas
|
|
2.
|
Nyeri telan berhubungan dengan
inflamasi pada membran mukosa faring.
|
Nyeri berkurang skala 1-2
|
Observasi :
Teliti keluhan nyeri, catat
intensitasnya (dengan skala 0-10), faktor yang memperburuk atau meredakan
nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya
Mandiri :
·
Anjurkan klien untuk menghindari
alergen atau iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokok, dan
mengistirahatkan atau meminimalkan bicara bila suara serak.
·
Anjurkan untuk melakukan kumur air
hangat
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi
|
Identifikasi karakteristik
nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk
memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi
yang diberikan.
1)
Mengurangi bertambah beratnya
penyakit.
2) Peningkatan sirkulasi
pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
Kortikosteroid digunakan untuk
mencegah reaksi alergi atau menghambat pengeluaran histamin dalam inflamasi
pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri
|
||
3.
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif
b.d akumulasi sekret
|
Bersihan jalan nafas efektif
|
Jalan nafas paten dengan bunyi
nafas bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis
|
Mandiri :
Kaji frekuensi atau kedalaman
pernafasan dan gerakan dada.
Auskultasi area paru, satat area
penurunan atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius, mis.
Crackles, mengi.
Bantu pasien latian nafas sering.
Tunjukan atau bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misalnya menekan dada
dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
Berikan cairan sedikitnay 2500 ml
perhari(kecuali kontraindikasi). Tawrakan air hangat daripada dingin .
Kolaborasi :
Bantu mengawasi efek pengobatan
nebulizer dan fisioterapi lain, mis. Spirometer insentif, IPPB, tiupan botol,
perkusi, postural drainage. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi
cairan bila mungkin.
Berikan obat sesuai indikasi
mukolitik, ekspektoran, bronchodilator, analgesic.
|
Penurunan aliran udara terjadi
pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi nafas bronchial dapat juga terjadi
pada area konsolidasi. Crackles, ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi
dan atau ekspirasi pada respon teradap pengupulan cairan , secret kental dan
spasme jalan nafas atau obstruksi.
Nafas dalam memudakan ekspansi
maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
pembersiaan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertaankan jalan nafas
paten. Penenkanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk
memungkinan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
Cairan (khususnya yang hangat)memobilisasi
dan mengluarkan secret
Alat untuk menurunkan spasme
bronkus dengan mobilisasi secret.
Memudahkan pengenceran dan
pembuangan secret.
Analgesic diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan
secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan
pernafasan.
|
|
4.
|
Nutrisi tidak seimbang berhubungan
dengan anorexia
|
Nutrisi kembali seimbang
|
A. Antropometri:
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan.
Berat
badan tidak turun (stabil)
B.Biokimia :
·
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl
dan perempuan 12-16 g/dl)
·
Albumin normal (dewasa 3,5-5,0
g/dl).
B. Clinis:
·
Tidak tampak kurus.
·
Rambut tebal dan hitam.
·
Terdapat lipatan lemak subkutan
D.Diet :
·
Makan habis satu porsi
·
Pola makan 3X/hari
|
Mandiri :
1.
Kaji kebiasaan diet, input-output
dan timbang BB setiap hari.
2.
Berikan porsi makan kecil tapi
sering dalam keadaan hangat
3.
Tingkatkan tirah baring.
4.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
memberikan diet sesuai kebutuhan klien
5.
Berikan health education pada ibu
tentang :
·
Nutrisi makanan yang bergizi yaitu
4 sehat 5 sempurna, hindarkan anak dari snack dan es, beri minum air putih
yang banyak
·
Menjauhkan dari bayi lain
·
Menjauhkan bayi dari keluarga yang
sakit.
·
Anggota keluarga tidak ada yang
tertular ISPA.
·
Meminimalisir penularan infeksi
lewat udara.
·
Resiko tinggi penularan infeksi
|
Berguna untuk menentukan kebutuhan
kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
Nafsu makan dapat dirangsang pada
situasi rileks, bersih, dan menyenangkan
1.
Untuk mengurangi kebutuhan
metabolik
2.
Metode makan dan kebutuhan kalori
di dasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi
maksimal
3.
Ibu dapat memberikan perawatan
maksimal kepada anaknya. Makanan bergizi dan air putih yang banyak dapat
membantu mengencerkan lendir dan dahak.
4.
Tidak terjadi penularan penyakit
5.
Tidak terjadi pemaparan ulang yang
menyebabkan bayi tidak segera sembuh
|
|
D. Evaluasi
1.
Pertahankan jalan nafas tetap paten
dengan mengatasi sekret
2.
Melaporkan perasaan lebih nyaman
3.
Menunjukkan kemampuan untuk
mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan, dan tingkat kenyamanan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat di
simpulkan bahwa ISPA merupakan suatu penyakit pada saluran pernafasan, dimana
saluran pernafasan tersebut mengalami peradangan atau inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi
dinding dada saat melakukan pernafasan. Hal ini dapat di sebabkan oleh bakteri,
virus, dan jamur. Faringitis merupakan suatu penyakit pada saluran pernafasan
yang menyerang bagian faring, dan hal ini juga di sebabkan oleh bakteri ataupun
virus tertentu.
B. Saran
ISPA dan
Faringitis dapat menimbulkan beberapa komplikasi di antaranya otitis media
purulenta bacteria, demam reumatik, sinusitis, pneumonia, dan meningitis, namun
hal teresebut dapat di cegah dengan cara memperhatikan kebersihan baik itu diri
sendiri, maupun lingkungan sekitar, selain itu imunisasi juga di perlukan serta
menjaga keseimbangan gizi yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar