BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Kasus Pemicu 2
Seorang
laki-laki 25 tahun,datang ke puskesmas dengan keluhan hidung tersumbat.Sejak
enam bulan yang lalu pendarita sering pilek disertai hidung tersumbat yang
menetap.Sejak kecil penderita sering bersin-bersin lebih dari lima kali pada
pagi hari,dan menghilang di siang hariDisertai hidung gatal mata berair.sejak 3
bulan terakhir ini penderita merasa nyeri kepla dan pipi sebelah kanan tersa
penuh,penderita merasa hidung berbau busuk.Dipuskesmas penderita mendapat pengobatan amoxicillin tablet,
ambroxol syrup, pseudocfedrin dan antihistamin, tetapi tidak ada perbaikan.
Kemudian dirujuk ke RS, dan oleh dokter akan dilakukan tindakan operasi.
1.2
Kata Kunci
1. Hidung
tersumbat :
a. pembengkakan
pembuluh darah dalam bagian hidung,sehingga menyebabkan udara sulit untuk masuk
b. Adanya
partikel-partikel berdebu,bakteri,virus,yang terhirup masuk kedalam hidung
c. produksi
lendir yang berlebihan sehingga terjadi penumpukan pada hidung
d. Adanya
elergi
2. Sering
pilek Sejak 6 bulan lalu:
a. Reaksi
normal dari tubuh, untuk mengatasi virus yang masuk
b. Alergi
yang di sebabkan oleh tubuh, seperti udara dingin
c. Tidak
ada penanganan yang efektif sehingga keluhan terhadap penyakit dapat timbul
sewaktu-waktu
3. Nyeri
kepala:
Sakit kepala sinus
ditandai oleh rasa sakit pada sinus-sinus muka di daerah tulang dagu bagian
atas, dahi dan lekukan hidung. Hal ini terjadi radang atau inflamasi yang
berisi nanah yang seharusnya berisi udara.
4. Bersin-bersin
lebih dari 5 kali pada pagi hari:
disebabkan karena
adanya respon tubuh terhadap alergi cuaca dingin, dimana mekanisme alergi adalah suatu
kekebalan tubuh dapat mendeteksi tipe zat penyerang dan membentuk antibody
untuk mengulanginya. Ketika zat itu masuk ke dalam tubuh ada kalanya system
kekebalan tubuh kita menafsirkan sebagai zat yang berbahaya. Sel-sel kekebalan
tubuh segera bekerja sama membentuk antibody untuk memerangi zat asing
tersebut. Reaksi berlebihan terhadap allergen yang dapat menyebabkan alergi
5. Mata berair:
Terjadinya penyumbatan pada kantung mata nasolakrimalis
sehingga cairan tertampung pada kelenjar air mata sehingga cairan banyak keluar
melalui mata
6. Pipi sebelah kanan terasa penuh:
Ini di sebabkan oleh penumpukan cairan sinus maksilaris
sebelah kanan yang d sebabkan inflamasi dari agen infeksius.
7. Hidung berbau busuk:
a. Kerena adanya infeksi pada saluran
pernapasan
b. Karena adanya penumpukan secret yang
terlalu lama di dalam saluran pernapasan
8. Amoxicillin tablet : antibiotic untuk mencegah penyabaran bakteri
9. Ambroxol syrup : obat untuk menghancurkan lendir
10. Pseudoefedrin :obat anti pilek atau melonggarkan rongga hidung yang
tersumbat
11. Antihistamin :obat anti alergi,untuk mengobati reaksi alergi
BAB II
2.1 SINUSITIS
A. Latar Belakang
Menurut para ahli etiologi sinusitis disebabkan oleh
infeksi, sisanya yang disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim
saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada mukosa sinus.Terbanyak
pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan
seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah dan
cuaca dingin.
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien
dengan sinusitis akut yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran
bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih
dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus menerus karena
bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.
Tetepi juga oleh karena faktor alergi merupakan salah satu
penyebab timbulnya sinusitis, salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan
tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test, tes tusuk) di mana tes
ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang menimbulkan
reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang
paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan
ini alergen penyebab dapat ditentukan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan lebih memahami penyakit
sinusitis
2. Tujuan khusus
1 . Dapat mengetahui anatomi sinus.
2 . Dapat memahami definisi sinusitis.
3 . Dapat mengetahui manifestasi klinis dari sinusitis.
4 . Dapat mengetahui etiologi dari sinusitis.
5 . Dapat memahami patofisiologi dari sinusitis.
6 . Dapat memahami pemeriksaan diagnostic yang
perlu dilakukan pada penderita sinusitis.
7 . Dapat mengetahui penatalaksanaan dari sinusitis.
8 . Dapat mengetahui komplikasi dari sinusitis.
9. Dapat memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai pada penderita sinusitis.
2.2 Anatomi Sinus
Kita ketahui bahwa Sinus paranasal merupakan salah satu
organ tubuh manusia yang sulit digambarkan karena bentuknya sangat bervariasi
pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar
yaitu sinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan
kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang – tulang kepala,
sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium)
ke dalam rongga hidung.
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi
mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan,
kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah
ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid
anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus
sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior
rongga hidung. Sinus – sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia
antara 15-18 tahun.
A.sinus maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat
lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml,sinus kemudian berkembang dengan cepat dan
akhirnya mencapai ukuran maksimal,yaitu 15 ml saat dewasa.Sinus maksila
berbentuk pyramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila
yang disebut fosa kanina,
dinding posteriornya
adalah permukaan infra-temporal mkasila, dinding medialnya ialah dinding
dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan
dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila
berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus
semilunaris melalui infundibulum etmoid.Dari segi klinik
yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah 1) dasar sinus
maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar (P1 dan
P2), molar (M1 danM2), kadang – kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar
M3,bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga
infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis; 2) Sinusitis
maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita; 3) Ostium sinus maksila terletak
lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase hanya tergantung dari
gerak silia, lagi pula dreanase juga harus melalui infundibulum yang sempit.
Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat
radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan
selanjutnya menyebabkan sinusitis.
B.Sinus Frontal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk
sejak bulan ke empat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari
sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada
usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun.Sinus
frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari lainya
dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang
dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kuran lebih 5% sinus frontalnya
tidak berkembang.Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm
dan dalamnya 2 cm. sinus fronta biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus
berlekuk-lekuk. Taidak adanya gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding
sinus pada foto Rontgen menunjukan adanya infeksi sinus. Sinus frontal
dipisahkan oleh tulang yang relative tipis dari orbita dan fosa serebri
anterior, sehingga infeksi dari sinus fronta mudah menjalar ke daerah ini.Sinus
frontal berdrenase melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal, yang
berhubungan dengan infundibulum etmoid.
C.Sinus Etmoid
Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling
bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan
focus bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti
pyramid dengan dasarnya di bagian posterior. Ukuran dari anterior ke posterior
4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm dibagian anterior dan 1,5 cm dibagian
posterior.Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai
sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak
diantar konka media dan dinding dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya
bervariasi. Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid
anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang
bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus
superior. Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak,
letaknya di depan lempeng yang menghubungkan bagian posterior konka media
dengan dinding lateral
( lamina basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak diposterior dari lamina basalis.Dibagian terdepan sinus etmoid anterior
( lamina basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak diposterior dari lamina basalis.Dibagian terdepan sinus etmoid anterior
ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang
berhubungan sinus frontal. Selo etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. Di
daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang di sebut infundibulum,
tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan
diresesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan
pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.Atap sinus
etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. Dinding
lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus
etmoid darirongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan
dengan sinus sfenoid.
D.Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus
etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum
intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7
cm. volumenya bervariasi dari 5 sampai 7,5 ml. saat sinus berkembang, pembuluh
darah dan nervus dibagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan
dengan rongga sinus dan tampak sebagai indensitasi pada dinding sinus sfenoid. Batas-batasnya
ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa,
sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus
kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai indentasi) dan
disebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior didaerah pons.
FUNGSI SINUS PARANASAL
Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai
fisiologi sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak
mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang
muka.
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus
paranasal antara lain:
a.Sebagai pengatur kondisi udara (air
conditioning)
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan
mengatur kelembaban udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah karean
ternyata tidak didapati pertukaran udara yang definitive antara sinus dan
rongga hidung.Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih
1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga di butuhkan
beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagi pula mukosa sinus
tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa hidung.
b.Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas,
melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.
Akan tetapi kenyataanya sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara hidung
dan organ-organ yang di lindungi.
c.Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbanga kepala karena mengurangi berat
tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya
aka memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori
ini dianggap tidak bermakna.
d. Membantu resonasi suara
Sinus ini mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonasi
suara dan mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi
sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang
efektif. Lagi pula tidaj ada kolerasi antara resonasi suara dan besarnya sinus
pada hewan-hewan tingkat rendah.
e.Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar
dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.
f.Membantu produksi mucus
Mucus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya
kecil dibandingkan dengan mucus dari rongga hidung, namun efektif untuk
membersihkan partikel yang masuk dengan udara inspirasi karena mucus ini keluar
dari meatus medius, tempat yang paling strategis.
2.3 Konsep Dasar Medis
1) Definisi Sinusitis
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi/peradangan pada
satu atau lebih dari sinus paranasal yang disebabkan oleh,virus,bakteri ataupun
jamur.
2.) Klasifikasi
Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu
a.Sinusitis akut
Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsung selama
3 minggu
Macam-macam sinusitis akut, yaitu sinusitis maksila akut,
sinusitis emtmoidal akut, sinus frontal akut, dan sinus sphenoid akut.
b.Sinusitis kronis
Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama
3-8 minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun.
3) Etiologi
Pada Sinusitis Akut, yaitu
a.Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah
adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza
virus, dan Parainfluenza virus).
b.Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa
jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau
drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka
bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke
dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c.Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan
sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan, contohnya jamur
Aspergillus.
Pada Sinusitis Kronik, yaitu:
Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
Alergi
Karies dentis ( gigi geraham atas )
Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
Benda asing di hidung dan sinus paranasal
Tumor di hidung dan sinus paranasal
4) Patofisiologi
Penyakit
sinusitis dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus Rhinovirus, Influenza
virus, dan Parainfluenza, jamur aspergillus, dan bakteri
streptococcus,pneumonae, haemoniae influenza.
Awal mulanya penyebab
mikroorganisme masuk ke dalam saluran pernapasan, merusak lapisan epitel dan
bersilia sehingga terjadi peradangan, dimana Ig E di tingkatkan untuk melawan
antigan daerah sinus tersebut sehingga antibody terbentuk menyebabkan
terjadinya edema, pemerahan dan menyebabkan produksi mukosa berlebih sehingga
hidung menjadi tersumbat, apabila terjadi terus-menerus akan menyebabkan
penderita sesak napas dan jika antigen ini tidak sepenuhnya di bersihkan akan
menyebabkan mikroorganisme merusak sinus.
Penyebab kedua adalah alergi, seperti alergi debu,polusi
yang tercemar, dan bulu-bulu hewan.Awal mulanya alergi terhadap debu,bulu-bulu
hewan,polusi udara yang tercemar masuk kedalam rongga hidung sehingga terjadi
proses inflamasi, dimana zat-zat allergen bertemu dengan antibody menyebabkan peningkatan
mediator kimia seperti histamine, bradikinin, dan prostaglandin. Menimbulkan
reaksi radang pada daerah sisnus, hal ini akan menyebabkan peningkatan pada
aliran darah dan bradikinin menghantarkan nyeri ke otak, prostaglandin sebagai
pengantar siknal ke terdiregulator yaitu hipotalamus untuk meningkatkan suhu
tubuh dan histamine memberikan efek gatal-gatal dan kemerahan.
5) Manifestasi Klinis
A.sinusitis akut
a. Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung
tersumbat,m nyeri tekan, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang
berbau dan bercampur darah.
b.Sinusitis etmoid akut
Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri
di antara dua mata, dan pusing.
c. Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,
tetapi berkurang setelah sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
d. Sinusitis sphenoid akut
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan
terdapat sekret di nasofaring
B.Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan
kadang-kadang berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di
organ lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering,
dan sering demam.
6.) komplikasi
Komplikais sinusitis telah menurun secara nyata sejak
ditemukannya antibiotic. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut
atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita
atau intracranial.
Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang
berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid,
kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui
tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema
palpebra, selulitis orbita, asbes subperiostal, abses orbita dan selanjutnya
dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus. Kelainan Intrakranial. Dapat berupa
meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan thrombosis sinus
kavernosu
Komplikasi juga dapat terjadi padasinusitis kronis berupa:
Osteomielitis dan abses suberiostal. Paling sering timbul akibat
sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis
sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.
Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis.
Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut
sinobronkitis. Selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang
sukar dihilangkan sebalum sinusitisnya disembuhkan.
7) pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan
fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso-endoskopi
sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah
adanya pus di meatus medius (pada sinusistis maksila dan etmoid anterior dan
frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan
sphenoid).
Pada
rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada
pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.
Pemerikasaan
pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto polos posisi Waters,
PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti
sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas
udara, cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.
CT
scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila
anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secacra
keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai
penunjang diagnosis sinusistis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau
pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.
Pada
pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.
Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.
Pemeriksaan
mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret dari meatus
medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih baik lagi
bila diambil secret yang keluar dari pungsi sinus maksila.
Sinuskopi
dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus
inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang
sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.
8) penatalaksanaan
a.Non farmakologi
Tujuan terapi sinusitis ialah:
- Mempercepat penyembuhan
- Mencegah komplikasi
- Mencegah perubahan menjadi
kronik
b) farmakologi
Antibiotik dan dekongestan merupakan
terapi pilihan pada sinusitis akut bacterial, untuk menghilangkan infeksi dan
pembengkakan maukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang
dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksilin. Jika diperkirakan kuman
telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan
amoksilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis
antibiotic diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang.
Pada sinusitis kronik diberikan antibiotic yang sesuai untuk kuman negative
gram dan anaerob.
Selain
dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan,
seperti analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian rongga hidung
dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan,
karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih kental. Bila
ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2.
Irigasi
sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga merupakan terapi tambahan
yang bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita
kelainan alergi yang berat.Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional
merupakan operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi.
Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena
memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan ringan dan tidak radikal. Indikasinya
berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis
kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible; polip ekstensif, adanya
komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.
Keluhan
utama :
hidung tersumbat,pilek,bersin-bersin,hidung gatal dan
mata berair,merasa nyeri dikepala dan pipi terasa penuh
2.
riwayat penyakit yang pernah dialami:
sejak kecil pasien sering bersin-bersin lebih dari
lima kali pada pagi hari,dan menghilang disiang hari disertai hidung gatal dan
mata berair
3.
pengkajian pola kesehatan :
·
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi
obat tanpa memperhatikan efek samping.
· Pola nutrisi
dan metabolism
Biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan
pada hidung
· Pola
istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena
klien sering pilek
· Pola
Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan
konsepdiri menurun
· Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat
pilek terus menerus
B.
Diagnosa
Keperawatan
1) Nyeri
kepala,tenggorokan,sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung
2) Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur
tindakan
3) Ketidak
efektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau adanya
secret yang mengental
4) Gangguan
istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu nyeri sekunder peradangan
hidung
5) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan
sinus
C. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan
pada hidung
Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria
hasil :
· Klien mengungkapkan nyeri yang
dirasakan berkurang atau hilang
· Klien
tidak menyeringai kesakitan.
Intervensi :
· Kaji tingkat nyeri klien
R/:
Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
· Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada
klien serta keluarganya
R/: Dengan sebab dan akibat nyeri
diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
· Ajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi
R/: Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga
dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
· Observasi tanda tanda vital dan
keluhan klien
R/:
Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
· Kolaborasi dengan tim medis :
Terapi konservatif :
Obat Acetaminopen,Aspirin, dekongestan hidung
Drainase sinus
R/:
Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien
2. Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur
tindakan medis
Tujuan
: Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria
hasil:
· Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola
kopingnya
· Klien mengetahui dan mengerti tentang
penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi :
· Kaji tingkat kecemasan klien
R/:
Menentukan tindakan selanjutnya
· Berikan kenyamanan dan ketentaman
pada klien :
Temani klien
Perlihatkan rasa empati(datang dengan menyentuh klien)
R/:
Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
· Berikan
penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang
Serta gunakan kalimat yang
jelas, singkat mudah dimengerti
R/: Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi
untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
· Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
Batasi
kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
R/: Dengan
menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
· Observasi tanda-tanda vital
R/:
Mengetahui perkembangan klien secara dini.
· Bila
perlu, kolaborasi dengan tim medis
R/:
Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
3. Jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung)
Tujuan
: Jalan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkan
Kriteria
hasil :
· Klien tidak bernafas lagi melalui
mulut
· Jalan nafas kembali normal terutama
hidung
Intervensi
:
· Kaji penumpukan secret yang ada
R/:
Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
· Observasi tanda-tanda vital
R/:
Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
· Koaborasi
dengan tim medis untuk pembersihan sekret
D. Implementasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan peradangan pada hidung.
Kaji
tingkat nyeri klien.
Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta
keluarganya.
Ajarkan
tehnik relaksasi dan distraksi.
Observasi
tanda tanda vital dan keluhan klien.
Kolaborasi
dngan tim medis :
Irigasi
Antral :Untuk sinusitis maksilaris
Operasi Cadwell Luc.
Mengetahui tingkat nyeri klien dalam
menentukan tindakan selanjutnya.
Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien
berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri.
Klien mengetahui tehnik distraksi dn
relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri.
Mengetahui keadaan umum dan
perkembangan kondisi klien.
Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien.
2.
Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis
(irigasi/operasi).
a.
Kaji tingkat kecemasan klien.
b.
Berikan kenyamanan dan ketentaman
pada klien :
Temani klien
Perlihatkan rasa empati( datang dengan menyentuh klien ).
Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya
perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti.
c.
Singkirkan stimulasi yang berlebihan
misalnya :
Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang.
Batasi kontak dengan orang lain
/klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan.
d.
Observasi tanda-tanda vital.
e.
Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis :
Menentukan
tindakan selanjutnya.
Memudahkan
penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan.
Meingkatkan
pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga
klien lebih kooperatif.
Dengan
menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
Mengetahui
perkembangan klien secara dini.
Obat
dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.
3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
(penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus.
a. Kaji penumpukan secret yang ada.
b. Observasi tanda-tanda vital.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk
pembersihan sekret :
Mengetahui
tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
Mengetahui
perkembangan klien sebelum dilakukan operasi.
d. Kerjasama untuk menghilangkan
penumpukan secret/masalah.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan
sinus.
a. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien.
b. Jelaskan pentingnya makanan bagi
proses penyembuhan.
c. Catat intake dan output makanan
klien.
d. Anjurkan makan sediki-sedikit tapi
sering.
e. Sajikan makanan secara menarik.
Mengetahui
kekurangan nutrisi klien.
Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi
meningkatkan pemenuhan nutrisi.
Mengetahui
perkembangan pemenuhan nutrisi klien.
Dengan
sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung.
Mengkatkan selera makan klien.
5. Gangguan
istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses
peradangan.
a. kaji
kebutuhan tidur klien.
b. Ciptakan
suasana yang nyaman.
c. Anjurkan
klien bernafas lewat mulut.
d. Kolaborasi
dengan tim medis pemberian obat.
Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan
istirahat tidur.
Agar klien dapat tidur dengan tenang.
Pernafasan tidak terganggu.
Pernafasan dapat efektif kembali
lewat hidung.
E.
Evaluasi
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan peradangan pada hidung.
Klien
mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang.
Klien
tidak menyeringai kesakitan
2.
Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis
(irigasi/operasi).
Klien
akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya.
Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang
dideritanya serta pengobatannya.
3.
Jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan
sinus.
Klien tidak bernafas lagi melalui mulut.
Jalan nafas kembali normal terutama hidung.
4.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan
sinus.
Klien menghabiskan porsi makannya.
Berat
badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah.
5.
Gangguan istirahat dan tidur
berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan.
Klien
tidur 6-8 jam sehari.
BAB
4
PENUTUP
Kesimpulan
Sinusitis merupakan penyakit inflamasi mukosa sinus
paranasal yang sering ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari, bahkan
dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh
dunia. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus
maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua
sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Infeksi virus ini, dapat
dipengaruhi oleh lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering serta
kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan
merusak silia. Dalam Consensus International tahun 1995 membagi sinusitis hanya
akut dengan batas sampai 8 minggu yang kebanyakan disebabkan oleh streptococcus
pneumonia dan kronik yang lebih disebabkan oleh bakteri gram negative
dan anaerob jika lebih dari 8 minggu.
Saran
Banyak komplikasi yang terjadi pada penderita sinusitis,
yakni menyebabkan komplikasi ke orbita dan intracranial, juga dapat menyebabkan
peningkatan serangan asma yang sulit diobati. Namun komplikasi ini dapat
menurun dengan pemberian antibiotic dan dekongestan sejak dini (awal
terjangkitnya sinusitis) untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi,
dan perubahan menjadi kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.
Asuhan Keperawatan Sinusitis.
http://ilmukeperawatan.com/asuhan_keperawatan_ sinusitis.html, diakses tanggal
22 November 2010
Anonim2.
Askep Sinusitis. http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-sinusitis/,
diakses tanggal 22 November 2010
Doenges.
2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC
Higler,
AB. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC
Soepardi,
EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta: Gaya Baru
1 komentar:
Mana Kasusnya sayang.....
Posting Komentar