A.
KONSEP
DASAR MEDIS
1. Definisi
Stenosis pulmonal adalah penyempitan
pada lubang masuk arteri pulmonalis. Tahanan yang merintangi aliran darah
menyebabkan hipertrofi ventrikel knan dan penurunan aliran darah paru. Stenosis
arteri pulmonal bisa terjadi pada begian valvuler, supra valvuler maupun
infundibuler. Sangat jarang kelainan ini disebabkan oleh reaktivasi rema, tapi
umumnya merupakan kelainan jantung konginental, yang dibawa sejak lahir.
Stenosis pulmonal tipe valvuler lebih banyak ditemukan pada anak dibandingkan
dengan tipe infundibuler. Sementara itu, stenosis pulmonal tipe infundibuler
jarang sekali ditemukan sebagai kelainan yang berdiri sendiri, tetapi biasanya
menyertai kelainan jantung yang lain, seperti pada tetralogi fallot. Demikian
pula stenosis pulmonal tipe supravalvuler sangat jarang ditemukan tersendiri,
tapi justru merupakan salah satu bagian dari suatu kelainan konginental yang
lebih kompleks, seperti sindrom noonan, sindrom wiliam, atau rubella
konginental.
Pada stenosis pulmonal yang ringan,
umumnya pasien asimptomatik dan tidak memburuk oleh bertambahnya usia. Tumbuh
kembang pun tidak terganggu. Tapi sebagaimana halnya dengan kelainan jantung
konginental yang lain, profilaksis antibiotic terhadap endokarditis bacterial
perlu diperhatikan. Pada stenosis pulmonal yang moderat atau cukup berat,
berbagai keluhan dan komplikasi dapat berkembang lebih buruk di waktu-waktu
mendatang.
2.
Etiologi
Pada sebagian
besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti.
diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :
1. Faktor endogen
·
Berbagai jenis penyakit genetik :
kelainan kromosom
·
Anak yang lahir sebelumnya menderita
penyakit jantung bawaan
·
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga
seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
2. Faktor eksogen
·
Riwayat
kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan
tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin,
jamu)
·
Ibu
menderita penyakit infeksi : rubella
·
Pajanan
terhadap sinar –X
Para ahli
berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab
adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada
sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
3. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
b. Fisiologi
Jantung adalah organ
berupa otot berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya diatas dan
puncaknya dibawah. Apeknya miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira – kira
300 gram. Jantung berada dalam thorax iga ke-3 kanan, iga ke-2 kiri sampai
intercosta ke-5. Jantung adalah organ berongga dengan sekepalan tangan orang
dewasa. Jantung terletak di rongga thoraks (dada) sekitar garis tengah antara
sternum atau tulang disebelah anferior dan vertebrae disebelah posterior Evelyn
C Pearce (2000:121) menyatakan: jantung terbagi oleh suatu sekat (septum)
menjadi dua belah yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi dalam
dua ruang yang atas disetiap atrium dan yang bawah ventrikel. Antara Atrium dan
ventrikel terdapat katup, yang kanan bernama katup (valvula) trikuspidalis dan
yang kiri katup mitral atau katup bikuspidalis. Lapisan jantung terdiri dari
endokardium (dalam), miokardium (inti) dan pericardium (luar). Dipersarafi oleh
nerfus simpatikus untuk meningkatkan kerja jantung dan nervus parasimpatikum
khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja memperlambat kerja jantung.
Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial kemudian kedua atrium berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastole. Lama kontraksi ventikel 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik. Hudak dan Gallo (1997:382 – 383) menyatakan “pada jantung terdiri arteri koroner besar, kiri dan kanan. Arteri koroner besar mempunyai dua cabang desenden anterior kiri yang juga disebut “window maker”. Melalui bawah anferior dinding kebawah apeks miokard. Bagian ini mensuplai aliran darah dua pertiga dari septum intrafentrikuler, kebanyakan dari apeks dan ventrikel kiri anferior. Enzim – enzim jantung di peroleh dari gambaran darah tiap 8 jam selama 1 – 2 hari. Ketika terjadi cedera, banyak protein lepas dari bagian dalam sel otot jantung dan masuk kedalam sirkulasi. Enzim – enzim jantung yang harus diobservasi pada jantung adalah Creatinkinase (CK), Laktat dehidrogenase (LDH) dan Serum Glutamik Oksaloasetat Tramsamine (SGOT). Cretinkinase (Ck) dengan isoenzimnya (Ck –Mb) dipandang sebagai indicator sensitive dan dapat dipercaya dalam menegakkan diagnose IMC. Terdapat tiga macam isoensim CK: (CK-MB= otot skeletal), (CK- MB = otot jantung), dan (CK- BB jaringan otak). CK- Mb adalah isoenzim khusus untuk jantung artinya CK – MB hanya ditemukan pada sel jantung dan tentu saja akan meningkat hanya bila terjadi kerusakan pada sel – sel tersebut.
Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial kemudian kedua atrium berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastole. Lama kontraksi ventikel 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik. Hudak dan Gallo (1997:382 – 383) menyatakan “pada jantung terdiri arteri koroner besar, kiri dan kanan. Arteri koroner besar mempunyai dua cabang desenden anterior kiri yang juga disebut “window maker”. Melalui bawah anferior dinding kebawah apeks miokard. Bagian ini mensuplai aliran darah dua pertiga dari septum intrafentrikuler, kebanyakan dari apeks dan ventrikel kiri anferior. Enzim – enzim jantung di peroleh dari gambaran darah tiap 8 jam selama 1 – 2 hari. Ketika terjadi cedera, banyak protein lepas dari bagian dalam sel otot jantung dan masuk kedalam sirkulasi. Enzim – enzim jantung yang harus diobservasi pada jantung adalah Creatinkinase (CK), Laktat dehidrogenase (LDH) dan Serum Glutamik Oksaloasetat Tramsamine (SGOT). Cretinkinase (Ck) dengan isoenzimnya (Ck –Mb) dipandang sebagai indicator sensitive dan dapat dipercaya dalam menegakkan diagnose IMC. Terdapat tiga macam isoensim CK: (CK-MB= otot skeletal), (CK- MB = otot jantung), dan (CK- BB jaringan otak). CK- Mb adalah isoenzim khusus untuk jantung artinya CK – MB hanya ditemukan pada sel jantung dan tentu saja akan meningkat hanya bila terjadi kerusakan pada sel – sel tersebut.
4.
Patofisiologi
Karena stenosis yang terjadi pada
katup pulmonal ( tipe valvuler ), atau pada pangkal arteri pulmonal ( tipe
supravalvuler ), atau pada infundibulum ventrikel kanan ( tipe subvalveler ),
maka ventrikel kanan akan menghadapi beban tekanan berlebihan yang kronis.
Dilatasi pasca stenotik pada arteri pulmonal merupakan pertanda yang
karakteristik bagi stenosis pulmonal tipe valvuler dan tidak ditemukan pada
tipe stenosis pulmonal yang lain. Katup pulmonal tampak doming pada waktu
systole, tebal dan mengalami fibrosis, tapi jarang sekali disertai klasifikasi.
Jika ditemukan proses klasifikasi, biasanya disebabkan oleh infiksi
endokarditis bakterial.
Adanya hipertrofi ventrikel kanan
menunjukkan bahwa stenosis pulmonal cukup signifikan. Bagian infundibuler akan
mengalami hipertrofi pula dan hal ini akan memperberat stenosis pulmonal.
Tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kanan pun meninggi. Elastisitas miokard
berkurang dan akhirnya timbul gejala gagal jantung kanan.
Severitas stenosis pulmonal umumnya
dibedakan sebagai stenosis pulmonal yang ringan, yang moderat dan yang berat,
walaupun perbedaan ini hanya bersifat arbitrer dan sering overlapping, bahkan
mengalami perubahan yang progresif. Pada stenosis pulmonal yang ringan, tekanan
sistolik di ventrikel kanan biasanya kurang dari 50 mmHg dan itu berarti kurang
dari 50% tekanan sistemik. Pada stenosis pulmonal yang moderat, tekanan
sistolik ventrikel kanan berkisar antara 50-75% dari tekanan sistemik, atau
antara 50-75mmHg. Dan stenosis pulmonal dianggap berat, apabila tekanan
sistolik ventrikel kanan lebih dari 75% tekanan sistemik, atau lebih dari 75
mmHg. Kemudian stenosis pulmonal dianggap sudah kritis apabila tekanan sistolik
ventrikel kanan melebihi tekanan sistemik.
Pada pasien PS, tentu dapat
dilakukan upaya agar pembukaannya dapat lebih lebar. Pertama dengan jalan
operasi. Tetapi dalam 15 tahun terakhir ini dapat dilakukan pula dengan upaya
non-bedah yakni dengan balonisasi katup untuk melebarkan katup yang sempit
tersebut (pasien datang pagi hari, dan pulang keesokan harinya). Dapat
dilakukan di RS2 yang ada fasilitas kateterisasi dan dilakukan dokter jantung
yang berpengalaman melakukan tindakan ini.
5.
Manifestasi
Klinis Pada Stenosis Pulmonal
1. Gangguan fungsi miokard :
- Takikardia
- Perspirasi ( yang tidak tepat
)
- Penurunan haluaran urine
- Keletihan
- Kelemahan
- Gelisah
- Anoreksia
- Ekstrimitas pucat dan dingin
- Denyut nadi perifer lemah
- Penurunan tekanan darah
- Irama gallop
- Kardiomegali
2. Kongesti paru
- Takipnea
- Dispnea
- Retraksi ( bayi )
- Pernapasan cuping hidung
- Intoleransi terhadap latihan
fisik
- Ortopnea
- Batuk, suara serak
- Sianosis
- Mengi
- Suara seperti mendengkur (
grunting )
3. Kongesti vena sistemik
- Pertambahan berat badan
- Hepatomegali
- Edema perifer, periorbital
- Asites
- Distensi vena leher ( pada
anak-anak )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar