Sabtu, 17 September 2011

Proses Pembentukan Manusia Baru( Masa Sebelum Prenatal hingga Masa Kelahiran)



Dalam masa ini, peran seorang ibu sungguh luar biasa 


A. Sebelum Prenatal
1. Masa Pacaran
Proses awal pembentukan makhluk hidup, terutama pada manusia, umumnya dimulai dengan tahap perkawinan. Perkawinan merupakan tahap kristalisasi atau penyatuan rasa cinta dari dua individu yang berbeda jenis kelamin sebagai puncak komitmen setelah sebelumnya mereka menjalin hubungan dalam bentuk pacaran.
Dalam masa pacaran, pasangan muda sepakat untuk melakukan komunikasi secara intensif agar dapat saling mengenali karakteristik pribadi masing-masing. Mereka akan berusaha memahami kelebihan dan kekurangan sifat, sikap dan kepribadian pasangannya. Bila dirasakan ada kecocokan, kemungkinan mereka akan meningkatkan status hubungan mereka menjadi lebih serius dan kemudian melanjutkannya ke jenjang pernikahan.
Menurut Lauer dan Lauer (2000), ada lima hal yang menjadi tujuan muda-mudi berpacaran, yaitu: (1) untuk saling memahami kepribadian, sifat-sifat, dan keinginan pasangan dalam konteks social, (2) sebagai masa-masa yang menyenangkan, karena masing-masing individu mencari kecocokan, kesepakatan pemikiran, pendapat, kehendak maupun cita-cita sebeklum menikah, (3) sebagai persiapan memilih jodoh untuk memasuki masa pernikahan, (4) sebagai teman bicara yang memiliki hubungan istimewa, akrab, dan lebih dekat secara emosional dibandingkan yang lain, (5) sebagai perwujudan sebuah kemampuan atau prestasi seseorang dalam memikat lawan jenis.
Namun, aktivitas pacaran pun tidak menjamin keberhasilan bagi seseorang untuk menemukan pasangan hidup yang benar-benar cocok, karena seringkali diwarnai dengan ketidakjujuran dari individu yang menjalaninya. Sehingga ketika pernikahan terjadi, banyak yang merasa kecewa mendapati sikap dan kepribadian pasangannya berubah drastis, ketahuan wajah aslinya. Walau bagaimanapun, aktivitas pacaran bukan satu-satunya jalan untuk menemukan pasangan terbaik dalam membentuk sebuah keluarga yang harmonis.
2. Pernikahan
Setelah masing-masing individu merasa mantap dan cocok terhadap calon pasangan hidupnya, mereka pun sepakat untuk hidup bersama dan membangun sebuah mahligai rumah tangga. Maka kemudian mereka pun melakukan pernikahan agar ikatan mereka diakui secara resmi dan sah berdasarkan hukum tertulis di hadapan petugas administrasi pemerintah atau negara. Sebagai pasangan yanga sah menurut hukum dan undang-undang perkawinan, maka mereka diperbolehkan melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Dan konsekuensi logis dari hubungan ini adalah terjadinya kehamilan yang selanjutnya akan memperoleh keturunan setelah janin dilahirkan.
Kelahiran dan kehadiran anak akan menjadi perekat bagi pasangan suami-istri untuk mempertahankan keutuhan keluarganya. Oleh karena itu, kehadiran anak dalam suatu pernikahan merupakan anugrah yang harus disyukuri.
B. Masa Prenatal
Masa prenatal dimulai pada saat terjadinya proses konsepsi, yakni pertemuan antara sperma dan ovum hingga berakhir pada saat bayi dilahirkan. Masa ini berlangsung antara 180 sampai 344 hari lamanya. Setelah masa ini, seorang ibu akan melahirkan bayinya. Namun, ada kalanya usia kelahiran dapat terjadi secara mendadak dan terjadi sebelum usia enam bulan. Karena kondisi fisik janin yang belum genap berusia tujuh bulan sangat lemah, belum mampu bernafas secara mandiri, dan metabolism tubuh belum berfungsi sempurna, akibatnya janin tersebut cenderung meninggal dunia karena belum mampu menyesuaikan dengan lingkungan di luar rahim ibunya.
1. Tahap-tahap Perkembangan Masa Prenatal
Para ahli membagi pertumbuhan dan perkembangan masa prenatal menjadi tiga tahap, yaitu:
a. Tahap Germinal
Tahap germinal (praembrionik) merupakan awal dari kehidupan manusia. Proses ini dimulai ketika sperma melakukan penetrasi terhadap sel telur dalam proses pembuahan yang normalnya terjadi akibat hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Pada tahap ini zygote terbentuk, kemudian bergerak ke bawah tubafalopi menuju rahim. Zygote ini merupakan sel tunggal yang kemudian akan mengalami perkembangbiakan menjadi dua sel identik. Sel-sel tersebut terus berkembang menjadi jutaan sel. Proses perkembangan zygote di dalam rahim ini disebut blastosyst. Bagian luar blastosystakan menjadi plasenta, sedangkan bagian dalam akan menjadi embrio.
Pada minggu kedua, placenta mulai terbentuk. Bagian dalam sel memadat dan berkembang menjadi tiga lapisan yang disebut piringan embrionik (embryonic disc), yaitu: (a) ectoderm, lapisan paling luar yang akan berkembang menjadi kulit janin, (b) endoderm, lapisan paling dalam yang bakal menjadi organ-organ internal, seperti sistem pernafasan, sistem pencernaan, pancreas atau organ internal lainnya, (c) mesoderm, lapisantengah yang berfungsi untuk memisahkan antara kulit dalam, otot-otot, tulang, sistem sirkulasi udara maupun pengeluaran lain (anus).
Zigote yang sudah menjadi calon makhluk hidup mulai menempel pada dinding rahim. Proses menempel atau melekatnya zigot pada dinding rahim setelah masa konsepsi dinamakan implantasi.
b. Tahap Embrio
Tahap embrio dimulai ketika zigot telah tertanam dengan baik pada dinding rahim. Dalam tahap ini, system dan organ dasar bayi mulai terbentuk dari susunan sel. Masa ini dianggap sebagai masa yang kritis karena bentuk fisik yang saat itu berkembang pesat dapat terganggu oleh kondisi yang kurang baik. Bila organism memperoleh perawatan intensif, maka ia akan berkembang menjadi individu yang normal, sehat fisik maupun psikis. Sebaliknya bila kurang memperoleh perhatian dengan baik, organism akan berkembang menjadi individu yang abnormal, baik fisik ataupun psikis.
Diantara placenta dan bayi terdapat tiga pembuluh darah mirip tali panjang yang disebut tali pusar. Salah satu pembuluh ini berfungsi untuk mengangkut darah yang berisi sari makanan dan oksigen dari placenta ke bayi, Dua saluran yang lainnya berfungsi untuk melakukan transportasi darah yang berisi karbondioksida dan pembuangan dari bayi ke placenta. Jika kita mengikuti perkembangan embrio, kita akan menemukan setelah empat minggu, proses differensiasi mulai terjadi dimana sekelompok sel di dalam embrio mengubah dirinya menjadi bentuk organ tertentu yang lebih besar.
c. Tahap Janin
Masa ini memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Embrio yang berkembang menjadi janin sudah memiliki organ-organ internal (jantung, paru-paru, usus besar dan sebagainya) dan eksternal (tangan, kaki, jari-jari kepala) secara lengkap. Janin makin memanjang dan system organ tubuh berkembang semakin kompleks. Hal ini akan terus berlangsung hingga organisme itu matang dan siap untuk dilahirkan.
Periode Janin (akhir bulan kedua perhitungan menurut bulan sampai lahir)
  1. Terjadi perubahan pada bagian-bagian tubuh yang telah terbentuk, baik dalam bentuk/rupa maupun perubahan aktual, dan terjadi perubahan dalam fungsi. Tidak tampak bentuk-bentuk baru pada saat ini.
  2. Pada akhir bulan ketiga, beberapa organ dalam cukup berkembang sehingga dapat mulai berfungsi. Denyut jantung janin dapat diketahui sekitar minggu kelima belas.
  3. Pada akhir bulan kelima, berbagai organ dalam telah menempati posisi hampir seperti posisi di dalam tubuh dewasa.
  4. Sel-sel saraf, yang ada sejak minggu ketiga, jumlahnya meningkat pesat selama bulan-bulan kedua, ketiga, dan keempat. Apakah peningkatan pada saat ini akan terus berlangsung atau tidak, bergantung pada kondisi di dalam tubuh ibu, seperti kekurangan gizi yang sebaliknya mempengaruhi perkembangan sel saraf terutama dalam bulan-bulan terakhir periode prenatal.
  5. Biasanya gerak-gerak janin tampak pertama kali antara minggu kedelapan belas dan dua puluh. Kemudian meningkat cepat sampai akhir bulan kesembilan di mana gerakan mulai berkembang karena penuhnya pembungkus janin dan tekanan pada otak janin pada saat janin mengambil posisi kepala di bawah di daerah pinggul dalam persiapan untuk lahir. Gerak-gerak janin ini berlainan macamnya, yaitu menggelinding dan menendang, gerak pendek atau cepat.
  6. Pada akhir bulan ketujuh, janin sudah cukup berkembang dan dapat hidup bila lahir sebelum waktunya.
  7. Pada akhir bulan kedelapan, tubuh janin sudah lengkap terbentuk, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan bayi normal yang cukup bulannya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Masa Prenatal



Para ahli psikologi perkembangan yang membahas mengenai perkembangan manusia selalu mengkaitkan istilah nature dan nurture. Dimana setiap perkembangan manusia dipengaruhi oleh interaksi dari kedua hal tersebut.
Konsep nature muncul dipengaruhi oleh aliran filsafat barat yang dikemukakan oleh Jean Jacquess Rousseau (dalam Stumpf, 1999). Ia menyatakan bahwa faktor-faktor alamiah mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Istilah nature mengandung pengertian faktor-faktor alamiah yang berhubungan dengan aspek bio-fisiologis terutama keturunan, genetis dan herediter. Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Sifat-sifat, maupun kepribadian yang dimiliki oleh orang tua akan diturunkan melalui unsur gen kepada anak-anaknya. Bukan hanya yang bersifat fisiologis seperti: berat badan, tinggi badan , warna kulit, rambut, jenis penyakit, akan tetapi juga karakteritik psikologis yang menyangkut tipe, kepribadian, kecerdasan, bakat, kreativitas, dan lain-lain.
Sedangkan konsep nurture dipengaruhi oleh aliran filsafat empirisme yang dikemukakan oleh Jhon Locke. Melalui teori tabula rasa, Locke mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci, bagaikan kertas putih yang masih bersih, ia percaya bahwa baik dan buruknya perkembangan hidup manusia tidak dilepaskan  dari pengaruh lingkungannya.                                                                                            Konsep nurture merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan eksternal, seperti: pola asuh, pendidikan, sosial budaya, media masa, status sosial ekonomi, agama, dan sebagainya. Seorang individu akan berkembang menjadi orang dewasa yang baik, mandiri, cerdas, dan bertanggung jawab, apabila ia berada dalam lingkungan hidup yang mendukung perkembangan tersebut. Lingkungan hidup yang buruk akan menyebabkan individu berkembang menjadi seorang pribadi yang tidak baik, bodoh, jahat, dan sebagainya.
a. Genetis
Pertumbuhan setiap indivividu sudah terprogam sejak masa konsepsi yang dipengaruhi oleh faktor genetis. Perubahan panjang, tinggi, berat badan bayi akan terjadi secara otomatis karena pengaruh genetika (keturunan).                                       Faktor keturunan lebih menekankan pada aspek biologis atau herediter yang dibawa melalui aliran darah dalam kromosom. Faktor genetis cenderung bersifat statis dan merupakan predisposisi untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Kalau sejak awal orang tua memiliki karakteristik fisiologis yang sehat, maka akan menurunkan generasi yang sehat pula. Sebaiknya bila orang tua tidak sehat, maka keturunanya pun akan mengalami gangguan atau penyimpangan secara fisik atau psikis (Papalia, Old & Fieldman, 1998: 2004).
Para ahli Psikologi perkembangan (Papalia dkk, 1998; Santrock, 1999; Helms & Turner, 1995; Haris & Liebert, 1991) mengakui bahwa aspek fisik maupun psikis seorang individu sangat dipengaruhi oleh unsur genetis, karakteristik tersebut akan nampak pada hal-hal sebagai berikut :
1)   Sifat- sifat Fisik
Sifat-sifat fisik yang dapat diturankan secara genetis misalnya wajah, tangan, kaki atau bagian-bagian organ tubuh lainnya. Hal ini dapat terjadi pada anak tunggal maupun kembar. Bila orang tua memiliki suatu jenis penyakit tertentu seperti: tekanan darah tinggi, penyakit jantung, epilepsi, atau paru-paru, kemungkinan besar anak-anak yang dilahirkan pun mempunyai resiko terserang penyakit yang sama.
2)   Intelegensi
Kecerdasan yang dimilki orang tua akan dapat menurun pada anak-anaknya. Meskipun anak-anak tersebut diasuh oleh orang tuanya sendiri maupun oleh orang lain, sifat kecerdasan orang tua akan tetap menurun. Pandangan ini dipengaruhi oleh pemikiran filsuf naturalis dari Perancis, J.J. Rousseau yang mengatakan bahwa anak cerdas dihasilkan dari orang tua yang cerdas (Stump, 2000).
3)   Kepribadian
Kepribadian merupakan organisasi dinamis dari aspek fisiologis, kognitif maupun afektifyang membantu pola prilaku individu dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya (Hall, Lindsay & Campbell, 1998). Sebagai organisasi yang dinamis, maka kepribadian akan mempengaruhi perubahan pola pemikiran, sikap, dan perilaku seseorang.
Selain dipengaruhi oleh faktor interaksi dengan lingkingan hidupnya, kepribadian dipengaruhi pula oleh faktor genetis yang dibawa sejak lahir. Dalam berbagai penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi perkembangan ditemukan bahwa baik kepribadian yang normal ataupun abnormal, pada dasarnya, diturunkan dari kedua orang tuanya.
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dan dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan.
Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas, yaitu:
• Jenis kelamin pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, pria mulai pada umur 12 tahun.
• Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai tendensi lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Italia.
• Keluarga tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek anggota keluarga lainnya tinggi.
• Umur kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi.
b. Lingkungan
Lingkungan memiliki peran yang besar bagi perubahan yang positif atau negatif pada individu. Lingkungan yang baik tentu akan membawa pengaruh positif bagi individu, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan cenderung memperburuk perkembangan individu.
Seorang psikolog ekologis, Urie Brofenbrenner (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2004) menyatakan bahwa lingkungan tersebut bersifat stratifikasi yakni berlapis-lapis dari yang terdekat sampai yang terjauh. Pengaruh lingkungan menjadi lebih kuat pada periode sensitif. Masing-masing pertumbuhan system organ atau anggota tubuh memiliki periode sensitif yang rentan terhadap pengaruh lingkungan.
Berbagai faktor eksternal tidak hanya dapat menyebabkan keguguran, namun juga ketidaksempurnaan dari bayi yang dikandung. Penelitian ilmiah menunjukan bahwa faktor eksternal atau lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan pra kelahiran dan juga proses kelahiran. Agen eksternal yang dapat mempengaruhi ini disebut dengan teratogen. Teratogen adalah segala virus, obat-obatan, zat kimia, radiasi, atau agenlingkungan lain yang dapat membahayakan perkembangan embrio atau janin hingga menyebabkan kerusakan fisik, kebutaan, kerusakan otak, dan bahkan kematian. Selain teratogen, kondisi emosional ibu, asupan gizi dan usia ibu juga dapat mempengaruhi kehamilan.
Karena itu, para ahli psikologis maupun medis berusaha keras untuk mengatasi dan membantu perawatan pada wanita hamil. Hal ini pun tak lepas dari peran dan tanggung jawab dari calon ayah dan calon ibu untuk bekerja sama menjaga kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat secara fisiologis maupun psikologis.
c. Interaksionisme antara Genetis dan Lingkungan
Untuk mencari titik temu perbedaan yang mencolok dari dua pandangan diatas, maka para ahli kemudian memadukan keduanya, sehingga terjadilah interaksi. Perpaduan antara faktor genetis dan faktor lingkungan menyatakan bahwa perkembangan seseorang tidak akan maksimal kalau hanya mengadalkan salah satu faktor saja. Karena itu, keduanya harus digabungkan untuk mengupayakan maksimalisasi perkembangan seseorang. Faktor genetis harus ditopang dengan faktor lingkungan dan faktor lingkungan harus memperoleh dukungan faktor genetis, sehingga memungkinkan perkembangan yang baik dan normal baik fisiologis maupun psikologis.
3. Upaya-upaya Mengatasi Ketidakteraturan Perkembangan Masa Prenatal
Masa hamil merupakan masa penting yang harus diperhatikan secara serius. Keteledoran dalam perawatan terhadap bayi dalam kandungan akan membawa dampak buruk bagi perttumbuhan dan perkembangannya di kemudian hari. Setiap kondisi yang tidak baik selama periode kehamilan akan mempengaruhi perkembangan anggota-anggota tubuh dan seluruh pola perkembangan janin.
Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dan dilakukan pada kehamilan antara lain:
1. Asupan Gizi dan Nutrisi
Pemenuhan kebutuhan makanan sehat yang mengandung nutrisi, gizi, vitamin, protein, dan mineral selama kehamilan adalah mutlak dan tak dapat ditunda-tunda lagi. Bayi-bayi yang dilahirkan dari orang tua yang memperhatikan masalah ini ternyata membawa pengaruh positif. Ia menjadi bayi yang sehat, cerdas, lincah, dan mudah bergaul. Sebaliknya ibu yang selama hamiltak mau dan tak mampu memenuhi kebutuhannutrisi, ternyata menyebabkan bayi lahir premature, berat kurang dari 2500 gram, mengalami gangguan pernapasan, sulit bergaul dan taraf intelegensinya rendah (Berk, 1991:1993, Hetherington & Parke, 1999).
2. Perilaku Hidup Sehat
Semasa hamil, seorang wanita hendaknya tak terlibat dalam penggunaan obat-obatan, kecuali dalam keadaan sakit yang memerlukan pengawasan medis dari dokter. Kelalaian dalam memperhatikan kondisi kehamilan yang disebabkan oleh penggunaan narkoba (narkotik dan obat-obat terlarang lainnya) akan membawa dampak negatif bagi bayi yang dilahirkan. Calon ayah juga diharapkan tidak mengkonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang atau merokok agar tidak mempengaruhi kehamilan istrinya. Orang tua yang kecanduan narkoba akan menyebabkan kelahiran bayi prematur, keguguran, kematian bayi, intelegensi rendah, bahkan mengalami retandasi mental (Papalia, Olds & Feldman, 1998)
3. Konseling Pra Pernikahan
Konseling ini bertujuan untuk memepersiapkan calon pasangan suami-istri yang akan menghadapi berbagai masalah perkawinan, memelihara dan merawat anak, memenuhi kebutuhan ekonomi, dan melakukan komunikasi efektif antara suami istri.
Agar memperoleh keturunan yang sehat dan normal, maka kegiatan atau konseling menjadi sangat penting untuk diperhatikan dan dilakukan oleh setiap calon pasangan suami istri yang akan menikah.
4. Konseling Genetik
Konseling genetik yaitu suatu konseling yang dilakukan agar mendapatkan kelahiran anak-anak yang sehat dan normal, serta menghindari kelahiran cacat fisik maupun cacat mental. Konseling sudah dilakukan di negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, Kanada, Australia, dsb. Cara ini mencakup telaah yang luas dan terinci mengenai riwayat kesehatan suami maupun istri untuk menentukan apakah ada, kapan, dan dalam bentuk apa abnormalitas fisik atau mental yang terdapat dalam keluarga mereka. Kalau penelitian riwayat kesehatan menunjukkan atau menyimpulkan bahwa terdapat beberapa abnormalitas genetik dalam keluarga suami atau keluarga istri, atau kalau salah satu anak dalam keluarga mempunyai kondisi yang berasal dari keturunan dan dari pengalaman lingkungan, orang tua diberitahu tentang kemungkinan mempunyai anak cacat dan disarankan untuk menggunakan teknik-teknik keluarga berencana untuk mencegah kehamilan. Kalau kehamilan sudah terjadi, mereka disarankan untuk mempertimbangkan abortus/pengguguran.
C. Masa Melahirkan
Melahirkan bayi merupakan bagian yang harus dilalui oleh seorang wanita normal dalam kehidupan pernikahannya. Dari sekian banyak episode dalam kehidupan seorang wanita yang paling agung adalah menjadi seorang ibu. Dengan melahirkan, seorang wanita benar-benar akan merasakan dan menyadari kodrat kewanitaannya. Walaupun harus menahan rasa sakit, proses melahirkan merupakan tantangan dan kewajiban yang harus dialami.
  1. 1. Cara-cara melahirkan bayi
Ada lima jenis proses melahirkan bayi menurut para ahli psikologi perkembangan maupun kedokteran (Papalia, Olds dan Feldman, 2004; Hurlock, 1978), yaitu :
  1. Melahirkan Secara Alamiah
Melahirkan secara alamiah ialah proses melahirkan seorang bayi secara normal, spontan atau tanpa bantuan operasi medis. Kelahiran normal ditandai dengan posisi kepala bayi dalam rahim siap untik masuk vagina. Kelahiran secara alamiah ini biasanya dilakukan oleh para wanita yang memiliki kehamilan normal dengan postur fisik yang memungkinkan dapat menjalani kelahiran alamiah.
Melahirkan secara normal akan meningkatkan ketangguhan pada anak, karena bayi telah menghadapi stressor pada saat proses kelahirannya. Ini akan terbawa oleh individu sampai tumbuh menjadi anak-anak, remaja maupun dewasa.
2. Melahirkan dengan Operasi Caesar
Proses melahirkan yang dilakukan dengan bantuan operasi medis yang disebabkan oleh kondisi tubuh bayi yang terlalu besar dan cenderung sulit bila harus melahirkan melalui saluran vagina.
Tekhnik melahirkan ini dilakukan guna menolong para wanita yang tak mampu melahirkan secara alamiah, atau kalau melahirkan secara normal akan menimbulkan resiko bagi keselamatan ibu maupun bayinya. Seringkali para dokter maupun bidan yang menangani cara operasi ini menghadapi suatu dilemma, apakah harus memprioritaskan keselamatan ibu atau bayinya, bila masalah yang dihadapi sangat pelik.
3. Melahirkan dengan Alat
Cara melahirkan bayi yang harus dibantu dengan alat-alat khusus. Kelahiran ini terjadi karena disebabkan oleh ukuran bayi yang terlalu besar dan tidak memungkinkan bayi untuk lahir secara normal. Ada kalanya seorang dokter menggunakan alat untuk mengeluarkan kepala bayi dari rahim, kemungkinan bayi akan mengalami luka dan perlu perawatan khusus.
4. Melahirkan Sungsang
Merupakan kelahiran bayi yang tidak normal yang disebabkan oleh posisi bayi yang terbalik, sungsang sehingga kaki keluar terlebih dahulu dan diakhiri dengan bagian kepala. Cara melahirkan seperti ini juga memerlukan bantuan alat-alat khusus yang dikerjakan oleh dokter atau bidan.
5. Melahirkan dengan Posisi Bayi Melintang
Suatu kelahiran bayi dengan posisi bayi masih berada dalam posisi melintang dalam rahim ibu dan belum berubah, dimana kepala bayi tidak masuk ke dalam saluran vagina. Maka diperlukan alat khusus untuk membantu kelancaran kehamilan bayi tersebut.
Tak tertutup kemungkinan seorang wanita hamil mengalami kesulitan dalam proses melahirkan, sehingga ia memerlukan perawatan intensif dari tenaga dokter. Dokter biasanya bertindak bijaksana dan hati-hati agar dapat menyelamatkan sang bayi maupun ibunya.
Sebagian besar wanita akan merasakan kesakitan ketika sedang melahirkan seorang bayi. Oleh karena itu, harus diperhatikan bagaimana mempersiapkan diri menghadapi proses kelahiran bayi agar berjalan dengan baik dan lancar.
Menurut Papalia, Olds dan Feldman (1998; 2004), ada empat tahap yang harus dijalani oleh seorang wanita yang akan melahirkan, yaitu :
  1. Kontraksi otot-otot perut. Terjadinya kontraksi otot-otot pada bagian perut dan dirasakan sangat sakit oleh wanita. Hal ini juga menyebabkan proses pembukaan pada vagina sebagai sarana saluran kelahiran bayi.
  2. Kontraksi otot disertai dengan gerakan kepala bayi ke saluran vagina.Dokter atau bidan akan memeriksa dan menyatakan adanya proses pembukaan pada vagina, diikuti dengan upaya kepala bayi bergerak maju menuju ke saluran kelahiran. Ini sebagai tanda kelahiran bayi semakin mendekat.
  3. Pemotongan plasenta. Keluarnya bayi dari rahim dan vagina akan disertai dengan plasenta dan tali pusat. Bayi menangis sebagai tanda rasa shock, terkejut, dan penyesuaian pertama bayi ketika berada si luar rahim ibunya.
  4. Masa pemulihan. Setelah tali pusat (pusar) dipotong oleh bidan atau dokter, kemudian bidan atau dokter berusaha untuk memulihkan kondisi rahim agar menjadi normal kembali. Kegiatan pemulihan akan makin cepat dirasakan oleh seorang ibu bila memperoleh dukungan dan perhatian dari keluarganya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ukuran Kelahiran Bayi
Para ahli kedokteran, gizi, maupun psikologi berpendapat bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi ukuran kelahiran bayi yaitu (1) lamanya janin dalam kandungan, (2) diet ibu, (3) status social ekonomi keluarga, (4) urutan kelahiran, (5)ukuran jumlah anggota keluarga, (6) aktivitas janin selama masa pra-natal (Hurlock, 1978; Santrock, 1999).
  1. Waktu Masa Kehamilan
Janin yang matang selama masa prenatal akan tumbuh berkembang menjadi bayi yang memiliki berat badan, tinggi badan, maupun warna kulit yang normal. Waktu masa kehamilan janin dalam kandungan seorang ibu kurang lebih selama 9 bulan 10 hari. Oleh karena itu bayi-bayi yang lahir dalam keadaan sehat dan normal biasanya memiliki usia yang cukup ketika masih berada dalam kandungan ibunya. Sebaliknya bayi-bayi premature yang memiliki ukuran berat badan rendah (low birth), ukuran badan kecil dan mungkin warna kulit yang agak pucat cenderung berada dalam kandungan kurang dari 9 bulan.
2. Perilaku Diet Ibu Semasa Hamil
Banyak bayi yang cenderung kurus, berat badan rendah, maupun ukuran panjang bayi disebabkan oleh kurangnya memperoleh gizi yang cukup selama masa kehamilan. Para ibu yang melakukan diet selama masa hamil berpengaruh secara signifikan terhadap kurangnya penyerapan konsumsi gizi, protein maupun zat-zat mineral lainnya yang dibutuhkan oleh janin. Akibatnya janin tidak dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara normal.
3. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status ekonomi keluarga berpengaruh secara nyata terhadap pemenuhan kebutuhan gizi bagi seluruh anggota keluarga tersebut. Orangtua yang memiliki status social ekonomi menengah ke atas (middle-high family economic status) cenderung akan dapat mencukupi kebutuhan makanan bergizi yang baik. Hal ini berpengaruh pula terhadap para calon ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukandalam proses pertumbuhan dan perkembangan oleh janin dalam kandungannya. Dengan demikian bayi-bayi terlahir pun akan memiliki berat badan, tinggi badan maupun taraf kesehatan yang baik. Sebaliknya para ibu yang berasal dari keluarga yang memiliki status social ekonimi rendah (low family economic status) cenderung kurang dapat mencukupi kebutuhan gizi yang baik untuk janin yang dikandungnya. Akibatnya bayi yang lahir akan memiliki berat badan rendah, dan panjang badan yang pendek. Dalam studi kasus ditemukan bayi-bayi yang lahir dari keluarga miskin cenderung mengalami gizi buruk (poor nutrition) akibatnya menderita gangguan busung lapar.
4. Urutan Kelahiran
Dalam studi ditemukan bahwa bayi-bayi yang lahir sebagai anak pertama (firstborn infant) cenderung memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil, pendek dan lebih ringan dibandingkan bayi yang lahir sebagai anak kedua atau ketiga dalam suatu keluarga yang sama.
5. Jarak Bayi dalam Keluarga
Perbedaan jarak kelahiran akan memberi pengaruh terhadap ukuran bayi. Bayi yang lahir dengan jarak yang sangat dekat dengan anak sebelumnya senderung memiliki berat badan yang rendah (low birth). Hal ini terjadi karena kondisi kesehatan ibu yang lemah. Setelah melahirkan anak pertama, fit dan sehat kembali. Tetapi karena tak mampu menjaga jarak kelahiran dengan anak sebelumnya dan harus mengandung janin (bayi) lagi, maka kondisi kesehatan fisik ibu semakin lemah. Dengan demikian bila ibu tersebut mengandung lagi akan menyebabkan kelahiran bayi yang memiliki berat badan rendah.
6. Aktivitas Janin Masa Prenatal
Janin yang aktif bergerak selama masa prenatal merupakan cirri calon bayi yang sehat dan normal karena energi tubuhnya dapat tersalurkan dengan baik. Dengan gerakan yang aktif akan meningkatkan kekuatan kerja fungsi detak jantung yang baik, kelenturan dan kekuatan otot-otot badan, meningkatkan daya intelektual dan menambah berat badannya. Sebaliknya janin yang malas bergerak, pasif dan banyak tidur cenderung tumbuh berkembang menjadi bayi yang obesitas (gemuk). Dalam pertumbuhan berikutnya, bayi-bayi yang malas bergerak akan menjadi anak yang juga malas bergerak, pasif dan obes (gemuk).

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...