Rabu, 09 Januari 2013

AsKep Sinusitis


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Kasus Pemicu 2
Seorang laki-laki 25 tahun,datang ke puskesmas dengan keluhan hidung tersumbat.Sejak enam bulan yang lalu pendarita sering pilek disertai hidung tersumbat yang menetap.Sejak kecil penderita sering bersin-bersin lebih dari lima kali pada pagi hari,dan menghilang di siang hariDisertai hidung gatal mata berair.sejak 3 bulan terakhir ini penderita merasa nyeri kepla dan pipi sebelah kanan tersa penuh,penderita merasa hidung berbau busuk.Dipuskesmas penderita  mendapat pengobatan amoxicillin tablet, ambroxol syrup, pseudocfedrin dan antihistamin, tetapi tidak ada perbaikan. Kemudian dirujuk ke RS, dan oleh dokter akan dilakukan tindakan operasi.
1.2 Kata Kunci
1.      Hidung tersumbat :
a.       pembengkakan pembuluh darah dalam bagian hidung,sehingga menyebabkan udara sulit untuk masuk
b.      Adanya partikel-partikel berdebu,bakteri,virus,yang terhirup masuk kedalam hidung
c.       produksi lendir yang berlebihan sehingga terjadi penumpukan pada hidung 
d.      Adanya elergi
2.      Sering pilek Sejak 6 bulan lalu:
a.       Reaksi normal dari tubuh, untuk mengatasi virus yang masuk
b.      Alergi yang di sebabkan oleh tubuh, seperti udara dingin
c.       Tidak ada penanganan yang efektif sehingga keluhan terhadap penyakit dapat timbul sewaktu-waktu
3.      Nyeri kepala:
Sakit kepala sinus ditandai oleh rasa sakit pada sinus-sinus muka di daerah tulang dagu bagian atas, dahi dan lekukan hidung. Hal ini terjadi radang atau inflamasi yang berisi nanah yang seharusnya berisi udara.
4.      Bersin-bersin lebih dari 5 kali pada pagi hari:
disebabkan karena adanya respon tubuh terhadap alergi cuaca dingin, dimana mekanisme alergi adalah suatu kekebalan tubuh dapat mendeteksi tipe zat penyerang dan membentuk antibody untuk mengulanginya. Ketika zat itu masuk ke dalam tubuh ada kalanya system kekebalan tubuh kita menafsirkan sebagai zat yang berbahaya. Sel-sel kekebalan tubuh segera bekerja sama membentuk antibody untuk memerangi zat asing tersebut. Reaksi berlebihan terhadap allergen yang dapat menyebabkan alergi
5.      Mata berair:
Terjadinya penyumbatan pada kantung mata nasolakrimalis sehingga cairan tertampung pada kelenjar air mata sehingga cairan banyak keluar melalui mata
6.      Pipi sebelah kanan terasa penuh:
Ini di sebabkan oleh penumpukan cairan sinus maksilaris sebelah kanan yang d sebabkan inflamasi dari agen infeksius.
7.      Hidung berbau busuk:
a.      Kerena adanya infeksi pada saluran pernapasan
b.      Karena adanya penumpukan secret yang terlalu lama di dalam saluran pernapasan
8.      Amoxicillin tablet  : antibiotic untuk mencegah penyabaran bakteri
9.      Ambroxol syrup     : obat untuk menghancurkan lendir
10.  Pseudoefedrin       :obat anti pilek atau melonggarkan rongga hidung yang tersumbat 
11.  Antihistamin          :obat anti alergi,untuk mengobati reaksi alergi             

BAB II
2.1 SINUSITIS
A.  Latar Belakang
Menurut para ahli etiologi sinusitis disebabkan oleh infeksi, sisanya yang disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada mukosa sinus.Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah dan cuaca dingin.
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.
Tetepi juga oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis, salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat ditentukan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan lebih memahami penyakit sinusitis
2. Tujuan khusus
1 . Dapat mengetahui anatomi sinus.
2 . Dapat memahami definisi sinusitis.
3 . Dapat mengetahui manifestasi klinis dari sinusitis.
4 . Dapat mengetahui etiologi dari sinusitis.
5 . Dapat memahami patofisiologi dari sinusitis.
6 . Dapat memahami pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan pada penderita sinusitis.
7 . Dapat mengetahui penatalaksanaan dari sinusitis.
8 . Dapat mengetahui komplikasi dari sinusitis.
9.  Dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai pada penderita sinusitis.

2.2 Anatomi Sinus
Kita ketahui bahwa Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit digambarkan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang – tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior rongga hidung. Sinus – sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.
A.sinus maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml,sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal,yaitu 15 ml saat dewasa.Sinus maksila berbentuk pyramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina,



 dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal mkasila, dinding medialnya ialah dinding dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus
semilunaris melalui infundibulum etmoid.Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah 1) dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 danM2), kadang – kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar M3,bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis; 2) Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita; 3) Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase hanya  tergantung dari gerak silia, lagi pula dreanase juga harus melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.
B.Sinus Frontal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun.Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari lainya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kuran lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang.Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. sinus fronta biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Taidak adanya gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukan adanya infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relative tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus fronta mudah menjalar ke daerah ini.Sinus frontal berdrenase melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal, yang berhubungan dengan infundibulum etmoid.
C.Sinus Etmoid
Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan focus bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti pyramid dengan dasarnya di bagian posterior. Ukuran dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm dibagian anterior dan 1,5 cm dibagian posterior.Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak diantar konka media dan dinding dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi. Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di depan lempeng yang menghubungkan bagian posterior konka media dengan dinding lateral
 ( lamina basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak diposterior dari lamina basalis.Dibagian terdepan sinus etmoid anterior
ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan sinus frontal. Selo etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang di sebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan
diresesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid darirongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus sfenoid.
D.Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. volumenya bervariasi dari 5 sampai 7,5 ml. saat sinus berkembang, pembuluh darah dan nervus dibagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indensitasi pada dinding sinus sfenoid. Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai indentasi) dan disebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior didaerah pons.
FUNGSI SINUS PARANASAL
Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka.
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain:                      

a.Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)      
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah karean ternyata tidak didapati pertukaran udara yang definitive antara sinus dan rongga hidung.Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000  volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga di butuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagi pula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa hidung.
b.Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi kenyataanya sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang di lindungi.
c.Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbanga kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya aka memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.
d. Membantu resonasi suara
Sinus ini mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonasi suara dan mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif. Lagi pula tidaj ada kolerasi antara resonasi suara dan besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat rendah.
e.Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.
f.Membantu produksi mucus
Mucus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan mucus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang masuk dengan udara inspirasi karena mucus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.

2.3 Konsep Dasar Medis
1)  Definisi Sinusitis
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi/peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal yang disebabkan oleh,virus,bakteri ataupun jamur.
2.) Klasifikasi
Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu 
a.Sinusitis akut
Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsung selama 3 minggu
Macam-macam sinusitis akut, yaitu sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal akut, sinus frontal akut, dan sinus sphenoid akut.
b.Sinusitis kronis
Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3-8 minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.


3) Etiologi
Pada Sinusitis Akut, yaitu
a.Infeksi virus
     Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
b.Bakteri
    Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c.Infeksi jamur
     Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
Pada Sinusitis Kronik, yaitu:
Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
Alergi
Karies dentis ( gigi geraham atas )
Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
Benda asing di hidung dan sinus paranasal
Tumor di hidung dan sinus paranasal
4) Patofisiologi
                Penyakit sinusitis dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza, jamur aspergillus, dan bakteri streptococcus,pneumonae, haemoniae influenza.
 Awal mulanya penyebab mikroorganisme masuk ke dalam saluran pernapasan, merusak lapisan epitel dan bersilia sehingga terjadi peradangan, dimana Ig E di tingkatkan untuk melawan antigan daerah sinus tersebut sehingga antibody terbentuk menyebabkan terjadinya edema, pemerahan dan menyebabkan produksi mukosa berlebih sehingga hidung menjadi tersumbat, apabila terjadi terus-menerus akan menyebabkan penderita sesak napas dan jika antigen ini tidak sepenuhnya di bersihkan akan menyebabkan mikroorganisme merusak sinus.
Penyebab kedua adalah alergi, seperti alergi debu,polusi yang tercemar, dan bulu-bulu hewan.Awal mulanya alergi terhadap debu,bulu-bulu hewan,polusi udara yang tercemar masuk kedalam rongga hidung sehingga terjadi proses inflamasi, dimana zat-zat allergen bertemu dengan antibody menyebabkan peningkatan mediator kimia seperti histamine, bradikinin, dan prostaglandin. Menimbulkan reaksi radang pada daerah sisnus, hal ini akan menyebabkan peningkatan pada aliran darah dan bradikinin menghantarkan nyeri ke otak, prostaglandin sebagai pengantar siknal ke terdiregulator yaitu hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh dan histamine memberikan efek gatal-gatal dan kemerahan.



5) Manifestasi Klinis
A.sinusitis akut
a. Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.
 b.Sinusitis etmoid akut
Gejala : Sekret kental di hidung dan  nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.
 c. Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
 d. Sinusitis sphenoid akut  
  Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring

B.Sinusitis Kronis
Gejala  : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.
                               
6.) komplikasi
Komplikais sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotic. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial.
Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, asbes subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus. Kelainan Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan thrombosis sinus kavernosu
Komplikasi juga dapat terjadi padasinusitis kronis berupa:  Osteomielitis dan abses suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.
Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebalum sinusitisnya disembuhkan.

7) pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusistis maksila dan etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sphenoid).
Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.
Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara, cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.
CT scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secacra keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis sinusistis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.
Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.
Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil secret yang keluar dari pungsi sinus maksila.
Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.



8) penatalaksanaan
 a.Non farmakologi
Tujuan terapi sinusitis ialah:
  1. Mempercepat penyembuhan
  2. Mencegah komplikasi
  3. Mencegah perubahan menjadi kronik
b) farmakologi                            
Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bacterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan maukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotic diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotic yang sesuai untuk kuman negative gram dan anaerob.
Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2.
Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga merupakan terapi tambahan yang bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat.Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional merupakan operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible; polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1  Pengkajian

1.      Keluhan utama :
hidung tersumbat,pilek,bersin-bersin,hidung gatal dan mata berair,merasa nyeri dikepala dan pipi terasa penuh
2.      riwayat penyakit yang pernah dialami:
sejak kecil pasien sering bersin-bersin lebih dari lima kali pada pagi hari,dan menghilang disiang hari disertai hidung gatal dan mata berair  
3.       pengkajian pola kesehatan :
·   Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.
·   Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
·   Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
·    Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
·   Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus








B.    Diagnosa Keperawatan

1)      Nyeri kepala,tenggorokan,sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung
2)      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan
3)      Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau adanya secret yang mengental
4)      Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu nyeri sekunder peradangan hidung
5)      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus

C.   Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
·     Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
·     Klien tidak menyeringai kesakitan.
Intervensi :
·     Kaji tingkat nyeri klien
R/: Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
·     Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
R/: Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri


·    Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
R/: Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
·   Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
R/: Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
·    Kolaborasi dengan tim medis :
 Terapi konservatif :
Obat Acetaminopen,Aspirin, dekongestan hidung
 Drainase sinus
R/: Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien
2.  Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria hasil:
·    Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
·     Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi :
·     Kaji tingkat kecemasan klien
R/: Menentukan tindakan selanjutnya
·     Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :
 Temani klien
 Perlihatkan rasa empati(datang dengan menyentuh klien)
R/: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan

·   Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang
  Serta  gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
R/: Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
·  Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
 Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
R/: Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
·    Observasi tanda-tanda vital
R/: Mengetahui perkembangan klien secara dini.
·    Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis
R/: Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung)
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkan
Kriteria hasil :
·    Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
·    Jalan nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi :
·    Kaji penumpukan secret yang ada
R/: Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
·    Observasi tanda-tanda vital
R/: Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi

·     Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret
D.   Implementasi
1.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung.
      Kaji tingkat nyeri klien.
 Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya.
Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien.
Kolaborasi dngan tim medis :
   Terapi konservatif :obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung, drainase sinus.
   Pembedahan :
Irigasi Antral :Untuk sinusitis maksilaris
Operasi Cadwell Luc.
      Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.
Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri.
Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri.
      Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
 Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien.




2.    Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi).
a.    Kaji tingkat kecemasan klien.
b.    Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :
Temani klien
Perlihatkan rasa empati( datang dengan menyentuh klien ).
Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti.
c.    Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang.
 Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan.
d.     Observasi tanda-tanda vital.
e.     Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis :
Menentukan tindakan selanjutnya.
Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan.
Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif.
Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
Mengetahui perkembangan klien secara dini.
Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.


3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder  dari peradangan sinus.
a.    Kaji penumpukan secret yang ada.
b.    Observasi tanda-tanda vital.
c.    Kolaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret :
Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi.
d.    Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah.
4.    Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus.
a.    kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
b.    Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan.
c.    Catat intake dan output makanan klien.
d.    Anjurkan makan sediki-sedikit tapi sering.
e.    Sajikan makanan secara menarik.
Mengetahui kekurangan nutrisi klien.
Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi meningkatkan pemenuhan nutrisi.
Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien.
Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung.
 Mengkatkan selera makan klien.
5.   Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan.
a.    kaji kebutuhan tidur klien.
b.    Ciptakan suasana yang nyaman.
c.    Anjurkan klien bernafas lewat mulut.
d.    Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat.
Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
Agar klien dapat tidur dengan tenang.
Pernafasan tidak terganggu.
 Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung.
E.    Evaluasi
1.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung.
  Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang.
   Klien tidak menyeringai kesakitan
2.    Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi).
   Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya.
         Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
3.    Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus.
 Klien tidak bernafas lagi melalui mulut.
Jalan nafas kembali normal terutama hidung.
4.    Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus.
 Klien menghabiskan porsi makannya.
 Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah.
5.    Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan.
   Klien tidur 6-8 jam sehari.


















BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Sinusitis merupakan penyakit inflamasi mukosa sinus paranasal yang sering ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Infeksi virus ini, dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia. Dalam Consensus International tahun 1995 membagi sinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu yang kebanyakan disebabkan oleh streptococcus pneumonia  dan kronik yang lebih disebabkan oleh bakteri gram negative dan anaerob jika lebih dari 8 minggu.
 Saran
Banyak komplikasi yang terjadi pada penderita sinusitis, yakni menyebabkan komplikasi ke orbita dan intracranial, juga dapat menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati. Namun komplikasi ini dapat menurun dengan pemberian antibiotic dan dekongestan sejak dini (awal terjangkitnya sinusitis) untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, dan perubahan menjadi kronik.



DAFTAR PUSTAKA
 Anonim1. Asuhan Keperawatan Sinusitis. http://ilmukeperawatan.com/asuhan_keperawatan_ sinusitis.html, diakses tanggal 22 November 2010
Anonim2. Askep Sinusitis. http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-sinusitis/, diakses tanggal 22 November 2010
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC
Higler, AB. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC
Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: Gaya Baru


Artikel Terkait

1 komentar:

SamuelAdmin mengatakan...

Mana Kasusnya sayang.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...