A.
KONSEP
DASAR MEDIS
1.
Definisi
ASD
( Atrial Septum Defek ) adalah kelainan defek yang menjurus ke arah beban
volume pada jantung bagian kanan, dimana septum atrium yang matang terjadi proses
embriologi yang rumit dan struktur tidak sempurna. Bentuk atrial septal defek
yang paling umum adalah menetapnya ostium sekundum pada pertengahan septum (80
% kasus); bentuk yang lain adalah ostium primum (terletak di septum bagian
bawah) persisten yang dapat disertai dengan kelainan katup mitralis atau
bikuspidalis. Bentuk ketika dalah defek sinus venosus di septum di bagian atas.
Keadaan ini sering terjadi anomaly aliran darah sebagioan dari vena pulmonalis
ke dalam vena kava superior. Pada ketiga bentuk kasus ini darah yang mengandung
oksigen mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan sehingga meningkatkan output
dan aliran darah pulmonal.
2. Etiologi
Penyebab
belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa factor yang diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1.
Faktor prenatal
a. Ibu menderita infeksi rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2.
Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelum menderita PJB
b. Ayah atau ibu yang menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya sindroma dowm
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain.
3. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
b. Fisiologi
Jantung adalah organ
berupa otot berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya diatas dan
puncaknya dibawah. Apeknya miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira – kira
300 gram. Jantung berada dalam thorax iga ke-3 kanan, iga ke-2 kiri sampai
intercosta ke-5. Jantung adalah organ berongga dengan sekepalan tangan orang dewasa.
Jantung terletak di rongga thoraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum
atau tulang disebelah anferior dan vertebrae disebelah posterior Evelyn C
Pearce (2000:121) menyatakan: jantung terbagi oleh suatu sekat (septum) menjadi
dua belah yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi dalam dua ruang
yang atas disetiap atrium dan yang bawah ventrikel. Antara Atrium dan ventrikel
terdapat katup, yang kanan bernama katup (valvula) trikuspidalis dan yang kiri
katup mitral atau katup bikuspidalis. Lapisan jantung terdiri dari endokardium
(dalam), miokardium (inti) dan pericardium (luar). Dipersarafi oleh nerfus
simpatikus untuk meningkatkan kerja jantung dan nervus parasimpatikum khususnya
cabang dari nervus vagus yang bekerja memperlambat kerja jantung.
Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial kemudian kedua atrium
berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontraksi atau
sistol dan pengendoran atau diastole. Lama kontraksi ventikel 0,3 detik dan
tahap pengendoran selama 0,5 detik. Hudak dan Gallo (1997:382 – 383) menyatakan
“pada jantung terdiri arteri koroner besar, kiri dan kanan. Arteri koroner
besar mempunyai dua cabang desenden anterior kiri yang juga disebut “window
maker”. Melalui bawah anferior dinding kebawah apeks miokard. Bagian ini
mensuplai aliran darah dua pertiga dari septum intrafentrikuler, kebanyakan
dari apeks dan ventrikel kiri anferior. Enzim – enzim jantung di peroleh dari
gambaran darah tiap 8 jam selama 1 – 2 hari. Ketika terjadi cedera, banyak
protein lepas dari bagian dalam sel otot jantung dan masuk kedalam sirkulasi.
Enzim – enzim jantung yang harus diobservasi pada jantung adalah Creatinkinase
(CK), Laktat dehidrogenase (LDH) dan Serum Glutamik Oksaloasetat Tramsamine
(SGOT). Cretinkinase (Ck) dengan isoenzimnya (Ck –Mb) dipandang sebagai
indicator sensitive dan dapat dipercaya dalam menegakkan diagnose IMC. Terdapat
tiga macam isoensim CK: (CK-MB= otot skeletal), (CK- MB = otot jantung), dan
(CK- BB jaringan otak). CK- Mb adalah isoenzim khusus untuk jantung artinya CK
– MB hanya ditemukan pada sel jantung dan tentu saja akan meningkat hanya bila
terjadi kerusakan pada sel – sel tersebut.
4.
Patofisiologi
Darah
arterial dari atrium kiri masuk ke atrium kanan. Aliran tidak deras karena
perbedaan tekanan atrium kiri dan kanan tidak besar (tekanan atrium kiri lebih
besar dari tekanan atrium kanan. Beban pada atrium kanan, atrium pulmonalis
kapiler paru, dan atrium kiri meningkat, sehingga tekanannya meningkat. Tahanan
katup pulmonal naik, timbul bising sistolik karena stenosis relative katup
pulmonal. Juga terjadi stenosis relative katup trikuspidal, sehingga terdengar
bising diastolik. Penambahan beban atrium pulmonal bertambah, sehingga tahanan
katup pulmonal meningkat dan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang
permanen. Kejadian ini berjalan lambat. Pada ASD primum bisa terjadi
insufisiensi katup mitral atau trikuspidal sehingga darah dari ventrikel kiri
atau kanan kembali ke atrium kiri atau kanan saat sistol.
5.
Manifestasi
Klinis
a. Sebagian
besar pasien dengan defek yang ringan atau sedang tidak menunjukkan gejala.
b. Pada
pirau yang besar, timbul dispnea pada saat aktifitas, gagal jantung dan sesak
nafas.
c. Pernafasan
cuping hidung, Torak: pergerakan simetris.
d. Pada
pemeriksaan palpasi terdapat kelainan ventrikel kanan yang hiperdinamik di
parasternal kiri.
e. Pada
auskultasi terjadi bunyi jantung 1 dan 2 normal, terdengar bising sistolik.
6.
Komplikasi
1. Gagal Jantung
2. Penyakit pembuluh darah paru
3. Endokarditis
4. Aritmia
7.
Penatalaksanaan
Medis
ASD kecil
tidak perlu oprasi karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik atau bahaya
endokarditis infektif. ASD besar perlu tindakan bedah yang dianjurkan dilakukan
dibawah umur 6 tahun (pra sekolah). Walaupun setelah operasi kemungkinan
ventrikel kanan masih menunjukkan dilatasi. Hal ini karena komplien otot
jantung sudah berkurang. Pada penutupan spontan ASD sangat kecil kemungkinannya
sehingga operasi sangat berarti. Defek fosa ovalis atau defek atrioventrikuler
dengan komplikasi ditutup dengan bantuan mesin jantung paru.
B.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Pengkajian
Umum
a) Keluhan
Utama
Keluhan orang tua pada
waktu membawa anaknya ke dokter tergantung dari jenis defek yang terjadi baik
pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada
tungkai dan berkeringat banyak.
b) Riwayat
Kesehatan
1. Riwayat
kesehatan sekarang
Anak mengalami sesak
nafas berkeringat banyak dan pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung
pada derajat dari defek yang terjadi.
2. Riwayat
kesehatan lalu
i.
Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada
kehamilan ibu (infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol
dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.
ii.
Intra natal
·
Riwayat kehamilan biasanya normal dan
diinduksi.
·
Riwayat Neonatus
·
Gangguan respirasi biasanya sesak,
takipnea
·
Anak rewel dan kesakitan
·
Tumbuh kembang anak terhambat
·
Terdapat edema pada tungkai dan
hepatomegali
·
Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
3. Riwayat
Kesehatan Keluarga
·
Adanya keluarga apakah itu satu atau dua
orang yang mengalami kelainan defek jantung
·
Penyakit keturunan atau diwariskan
·
Penyakit kongenital atau bawaan
c) Sistem
yang dikaji :
v Pola
Aktivitas dan latihan
·
Keletihan/kelelahan
·
Dispnea
·
Perubahan tanda vital
·
Perubahan status mental
·
Takipnea
·
Kehilangan tonus otot
v Pola
persepsi dan pemeriksaan kesehatan
·
Riwayat hipertensi
·
Endokarditis
·
Penyakit katup jantung.
v Pola
mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
·
Ansietas, khawatir, takut
·
Stress yang b/d penyakit
v Pola
nutrisi dan metabolik
·
Anoreksia
·
Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
v Pola
persepsi dan konsep diri
·
Kelemahan
·
Pening
v Pola
peran dan hubungan dengan sesame
·
Penurunan peran dalam aktivitas sosial
dan keluarga
2) Pengkajian
Fisik
a) Inspeksi
Pertumbuhan badan jelas
terhambat, pucat dan banyak keringat bercucuran. Ujung-ujung jari hiperemik,
diameter dada bertambah, nafas pendek, retraksi pada vena jugulum, sela
interkostal dan region epigastrium. Pada anak kurus terlihat impuls jantung
yang hiperdinamik.
b) Palpasi
Impuls jantung hiperdinamik kuat terutama yang timbul dari ventrikel kiri.
Teraba getaraa bising pada dinding dada, pada DSA getaran bising teraba di sela
iga ke II atau III kiri. Pada defek yang sangat besar sering tidak teraba
getaran bising karena tekanan di ventrikel kiri sama dengan tekanan di ventrikel
kiri. Teraba tepi hati tumpul di bawah lengkung iga kanan.
c) Auskultasi
Pada DSA terdapat split
bunyi jantung 2 tanpa bising sering menunjukkan gejala pertama dan salah
satunya petunjuk akan DSA. Jarak antara komponen aorta pulmonal bunyi jantung 2
pada inspirasi dan ekspirasi tetap sama sehingga disebut “fixed splitting” .
Bising sistolik dan pada pirau kiri ke kanan yang besar maka bising mik
diastolic berfrekuensi rendah terdengar pada sela iga ke IV kiri atau kanan.
3) Pemeriksaan
Diagnostik
Ekokardiografi dapat
menunjukkan beban volume ventrikel kananØ yang berlebihan
dengan adanya ventrikel dan atrium kanan yang membesar, dan kadang-kadang
tampak defeknya itu sendiri. Echo transesofageal dapat meningkatkan
sensitivitas akan adanya pirau yang kecil dan foramen ovale paten. Aliran
radionuklir menilai besarnya pirau dari kiri ke kanan. MRI untuk menjelaskan
anatominya. Kateterisasi jantung, masih merupakan diagnostik pasti, karena
dapat menunjukkan dengan jelas adanya peningkatan saturasi oksigen antara vena
cava dan ventrikel kanan akibat bercampurnya darah mengandung oksigen dari
atrium kiri, menilai beratnya pirau dan mengukur tahanan vascular darah
pulmonary. Angiografi kontras ventrikel kanan dan ventrikel kiri dapat
menunjukkan kelainan katup terkait atau anomaly aliran vena pulmonalis.
2.
Diagnosa Keperawatan
a) Penurunan
curah jantung b/d Malformasi jantung
b) Gangguan
pertukaran gas b/d kongesti pulmonal.
c) Intoleransi
aktivitas b/d ketidakseimbangan rasio ventilasi perfusi.
d) Gangguan
tumbuh kembang b/d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
e) Kerusakan
integritas kulit b/d edema dan gangguan perfusi jaringan.
f) Ansietas
b/d status hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi
anaknya.
3.
Intervensi Keperawatan
1) Penurunan
curah jantung b/d malformasi jantung
Tujuan : Klien
menunjukkan tanda vital dalam batas yang normal yang ditandai dengan: disritmia
terkontrol, tidak sesak, bebas dari gagal jantung.
Intervensi :
a) Observasi
kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.
Rasional : Penurunan
curah jantung dapat menunjukan menurunnya nadi perifer. Pucat menunjukan
menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung.
b) Tegakkan
derajat sianosis (sirkumoral, membrane mukosa, clubbing).
Rasional : Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori GJK. Area yang sakit
sering berwarnabiru atau belang karena peningkatan kongesti vena.
c) Monitor
tanda-tanda CHF (gelisah, tachikardia, tachipnea, sesak, lelah saat minum susu,
periorbital edema, oliguria)
Rasional : Tanda-tanda
CHF merupakan indikator penilaian terhadap adanya gagal jantung dan untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
d) Berkolaborasi
dalam pemberian digoxin order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya
toksisitas.
Rasional : Insiden
toksisitas tinggi (20%) karena sempitnya batas antara rentang terapeutik dan
toksik. Digoxin harus dihentikan pada adanya kadar obat toksik, frekuensi
jantung lambat.
e) Berikan
pengobatan untuk menurunkan after load.
Rasional : Obat
digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan
menurunkan kongesti.
f) Berikan
diuretika sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan
dosis diuretic tergantung pada gagal jantung. Penurunan pre load paling banyak
digunakan dalam mengobati pasien dengan curah jantung relative normal ditambah
dengan gejala kongesti.
2) Gangguan
pertukaran gas b/d kongesti pulmonal
Tujuan : Klien dapat
menunjukan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat pada jaringan serta tidak
adanya peningkatan resistensi pembuluh paru, yang ditandai dengan klien bebas dari
gejala distress pernapasan.
Intervensi:
a) Monitor
kualitas dan irama pernapasan.
Rasional : Jalan napas
yang kolaps dapat menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi, secara negative mempengaruhi
pertujaran gas.
b) Berikan
posisi semi fowler pada anak.
Rasional : Menurunkan
konsumsi atau kebutuhan oksigendan mempermudah pernapasan yang meningkatkan
kenyamanan fisiologi dan psikologi.
c) Anjurkan
kepada klien untuk istirahat yang cukup.
Rasional : Istirahat
akan membantu respon klien terhadap aktivitas dan kemampuan berpartisipasi
dalam perawatan.
d) Anjurkan
klien untuk batuk efektif, napas dalam.
Rasional : Membersihkan
jalan napas dan memudahkan aliran oksigen.
e) Berikan
oksigen jika ada indikasi.
Rasional : Meningkatkan
konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki atau menurunkan hipoksemia
jaringan.
f) Berikan
obat diuretika seperti lasix.
Rasional : Menurunkan
kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas.
3) Intoleran
aktifitas b/d kelemahan
Tujuan : Klien dapat
mempertahankan aktivitas yang adekuat dan anak akan berpartisipasi dalam
aktivitas yang dilakukan oleh anak seusianya, yang ditandai dengan menurunkan
kelemahan dan kelelahan serta tanda vital dalam batas normal selama
beraktivitas.
Intervensi :
a) Periksa
tanda vital sebelum dan selama aktivitas, terutama bila pasien menggunakan
vasodilator atau diuretik.
Rasional : Tanda-tanda
vital dapat berubah setelah melakukan suatu aktivitas efek akibat obat
(vasodilatasi), perpindahan cairan (diuretik) dapat mempengaruhi fungsi
jantung.
b) Ijinkan
anak untuk beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur.
Rasional : Dengan
memenuhi istirahat tidur dapat menghemat energi dan membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c) Anjurkan
untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan.
Rasional : Dengan
permainan dan aktivitas ringan dapat mencegah kerja jantung secara tiba-tiba.
d) Berikan
periode istirahat setelah melakukan aktivitas.
Rasional : Memenuhi
kebutuhan aktivitas atau permainan anak tanpa mempengaruhi stress miokard atau
kebutuhan oksigen yang berlebihan.
e) Hindarkan
suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin.
Rasional : Suhu
lingkungan yang panas atau dingin dapat mengganggu rasa aman nyaman anak
sehingga ia sering malas untuk beraktivitas.
4) Gangguan
tumbuh kembang b/d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi
Tujuan : Klien dapat
mempertahankan berat badan dan tinggi badan yang sesuai yang ditandai dengan BB
dan TB dalam batas normal sesuai dengan usianya.
Intervensi :
a) Sediakan
diet yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi.
Rasional : Untuk
memaksimalkan kualitas masukan nutrisi sehingga dapat mempertahankan berat
badan dan membantu didalam perkembangan otak.
b) Monitor
tinggi dan berat badan anak.
Rasional : Sebagai
suatu indikator atau petunjuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi.
c) Jelaskan
pada orang tua mengenai tumbang anak
Rasional : Agar orang
tua dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan anaknya, sehingga
dapat berperan serta dalam pemberian pengobatan atau terapi.
d) Ciptakan
lingkungan yang tenang.
Rasional : Untuk
memenuhi istirahat/relaksasi klien secara optimal
e) Berikan
oksigen 1-2 liter per menit.
Rasional : Memenuhi
sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard guna melawan efek hipoksia atau
iskemik.
5) Kerusakan
integritas kulit b/d edema lokal.
Tujuan : Klien dapat
mempertahankan integritas kulitnya yang ditandai dengan anak bebas dari edema,
memiliki kulit yang bersih dan utuh, integritas kulit terjamin.
Intervensi :
a) Kaji
kulit, catat adanya penonjolan tulang, edema area sirkulasi terganggu/pigmentasi.
Rasional : Kulit sangat
beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilitas fisik dan gangguan
status nutrisi.
b) Pijat
area kemerahan atau yang memutiih.
Rasional : Meningkatkan
aliran darah, dan meminimalkan hipoksia jaringan.
c) Ubah
posisi sesering mungkin di tempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak
pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki
sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
d) Berikan
perawatan kulit kering dan meminimalkan dengan keadaan lembab/ekskresi.
Rasional : Kulit yang
terlalu kering atau lembab dapat mempercepat proses kerusakan.
e) Hindari
pemberian obat intramuskuler.
Rasional : Edema
interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan merupakan
faktor predisposisi untuk kerusakan kulit.
6) Ansietas
b/d Reaksi hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit
anaknya.
Tujuan : Klien dan
orang tua tidak menunjukkan kecemasan, ditandai dengan anak dapat berespon
terhadap prosedur pengobatan, orang tua akan mengekspresikan perasaaannya
karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan,
dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan
pengobatan.
Intervensi :
a) Jelaskan
prosedur dengan cermat sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
Rasional : Untuk
menurunkan rasa takut atau cemas terhadap hal-hal yang tidek diketahuinya.
b) Tingkatkan
ekspresi perasaan dan takut, seperti menolak dan marah. Biarkan klien/keluarga
mengetahui ini sebagai reaksi normal.
Rasional : Perasaan
yang tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan meningkatkan
kecemasan.
c) Dorong
keluarga untuk menganggap klien seperti sebelumnya
Rasional : Meyakinkan
klien dan keluarga bahwa perannya di dalam keluarga tidak berubah.
d) Berikan
informasi yang jelas tentang kondisi anaknya
Rasional : Menambah
pengetahuan keluarga tentang penyakit anaknya sehingga dapat meminimalkan
kecemasannya.
e) Berikan
beberapa cara pada anak untuk melibatkannya dalam prosedur, misalnya memegang
suatu alat, seperti balutan.
Rasional : Untuk
meningkatkan rasa kontrol, mendorong kerja sama dan mendukung keterampilan
koping anak.
f) Kaji
tingkat pengetahuan klien/keluarga dan keinginannya untuk belajar.
Rasional : Mengidentifikasi secara
verbal tingkat pemahaman klien/keluarga serta kesalahpahaman dan memberikan
penjelasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar