KONSEP
DASAR MEDIS
1. Definisi
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan
gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi
defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi
ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat
beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat.
Stenosis pulmonal bersifat progresif, makin lama makin berat.
2. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa
tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor –faktor tersebut antara lain :
1.
Faktor
endogen
a.
Berbagai
jenis penyakit genetik : kelainan kromosom.
b.
Anak
yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
c.
Adanya
penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu: sebelumnya
ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu).
b. Ibu menderita penyakit infeksi:
rubella
c. Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab
endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung
bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun
sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua
kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung
janin sudah selesai.
3. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
b. Fisiologi
Jantung adalah organ
berupa otot berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya diatas dan
puncaknya dibawah. Apeknya miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira – kira
300 gram. Jantung berada dalam thorax iga ke-3 kanan, iga ke-2 kiri sampai
intercosta ke-5. Jantung adalah organ berongga dengan sekepalan tangan orang
dewasa. Jantung terletak di rongga thoraks (dada) sekitar garis tengah antara
sternum atau tulang disebelah anferior dan vertebrae disebelah posterior Evelyn
C Pearce (2000:121) menyatakan: jantung terbagi oleh suatu sekat (septum)
menjadi dua belah yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi dalam
dua ruang yang atas disetiap atrium dan yang bawah ventrikel. Antara Atrium dan
ventrikel terdapat katup, yang kanan bernama katup (valvula) trikuspidalis dan
yang kiri katup mitral atau katup bikuspidalis. Lapisan jantung terdiri dari
endokardium (dalam), miokardium (inti) dan pericardium (luar). Dipersarafi oleh
nerfus simpatikus untuk meningkatkan kerja jantung dan nervus parasimpatikum
khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja memperlambat kerja jantung.
Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial kemudian kedua atrium berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastole. Lama kontraksi ventikel 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik. Hudak dan Gallo (1997:382 – 383) menyatakan “pada jantung terdiri arteri koroner besar, kiri dan kanan. Arteri koroner besar mempunyai dua cabang desenden anterior kiri yang juga disebut “window maker”. Melalui bawah anferior dinding kebawah apeks miokard. Bagian ini mensuplai aliran darah dua pertiga dari septum intrafentrikuler, kebanyakan dari apeks dan ventrikel kiri anferior. Enzim – enzim jantung di peroleh dari gambaran darah tiap 8 jam selama 1 – 2 hari. Ketika terjadi cedera, banyak protein lepas dari bagian dalam sel otot jantung dan masuk kedalam sirkulasi. Enzim – enzim jantung yang harus diobservasi pada jantung adalah Creatinkinase (CK), Laktat dehidrogenase (LDH) dan Serum Glutamik Oksaloasetat Tramsamine (SGOT). Cretinkinase (Ck) dengan isoenzimnya (Ck –Mb) dipandang sebagai indicator sensitive dan dapat dipercaya dalam menegakkan diagnose IMC. Terdapat tiga macam isoensim CK: (CK-MB= otot skeletal), (CK- MB = otot jantung), dan (CK- BB jaringan otak). CK- Mb adalah isoenzim khusus untuk jantung artinya CK – MB hanya ditemukan pada sel jantung dan tentu saja akan meningkat hanya bila terjadi kerusakan pada sel – sel tersebut.
Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial kemudian kedua atrium berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastole. Lama kontraksi ventikel 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik. Hudak dan Gallo (1997:382 – 383) menyatakan “pada jantung terdiri arteri koroner besar, kiri dan kanan. Arteri koroner besar mempunyai dua cabang desenden anterior kiri yang juga disebut “window maker”. Melalui bawah anferior dinding kebawah apeks miokard. Bagian ini mensuplai aliran darah dua pertiga dari septum intrafentrikuler, kebanyakan dari apeks dan ventrikel kiri anferior. Enzim – enzim jantung di peroleh dari gambaran darah tiap 8 jam selama 1 – 2 hari. Ketika terjadi cedera, banyak protein lepas dari bagian dalam sel otot jantung dan masuk kedalam sirkulasi. Enzim – enzim jantung yang harus diobservasi pada jantung adalah Creatinkinase (CK), Laktat dehidrogenase (LDH) dan Serum Glutamik Oksaloasetat Tramsamine (SGOT). Cretinkinase (Ck) dengan isoenzimnya (Ck –Mb) dipandang sebagai indicator sensitive dan dapat dipercaya dalam menegakkan diagnose IMC. Terdapat tiga macam isoensim CK: (CK-MB= otot skeletal), (CK- MB = otot jantung), dan (CK- BB jaringan otak). CK- Mb adalah isoenzim khusus untuk jantung artinya CK – MB hanya ditemukan pada sel jantung dan tentu saja akan meningkat hanya bila terjadi kerusakan pada sel – sel tersebut.
5.
Manifestasi
Klinis
·
Sianosis
Obstruksi
aliran darah keluar ventrikel kanan→hipertrofi intudikulum meningkat→obstuksi
meningkat disertai pertumbuhan yamg semakin meningkat→sianosis.
·
Dispnea
Terjadi
bila penderita melakukan aktivitas fisik.
·
Serangan-serangan
dispnea paraksinal (serangan-serangan anoksia baru) semakin bertambah usia, sianosis
bertambah berat →umum pada pagi hari.
·
Keterlambatan
dalam pertumbuhan dan perkembangan gangguan pada pertambahan tinggi badan
terutama pada anak, keadaan gizi kurang dari kebutuhan normal. Pertumbuhan
otot-otot dari jaringan subcutan terlihat kendor dan lunak, masa pubertas
terlambat.
·
Denyut
pembuluh darah normal.
Jantung
biasanya dalam ukuran normal, apeks jantung jelas terlihat, suatu getaran
sistolis dapat dirasakan disepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah
parasternal 3 dan 4.
·
Bising
sistolik
Terdengar
keras dan kasar, dapat menyebar luas,tetapi intensitas terbesar pada tepi kiri
tulang dada.
6.
Komplikasi
1. Trombosis pulmonal
2. CVA thrombosis
3. Abses otak
4. Anemia
5. Perdarahan relative
7.
Penatalaksanaan
a) Posisi lutut ke dada agar aliran ke paru
bertambah.
b) Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg sc, IM
atau IV menekan pusat pernafasaan dan mengatasi takipneu.
c) Birkabonas natrikus 1 mg/kg BB IV
untuk mengatasi asidosis.
d) Oksigen dapat diberikan, walaupun
pemberian disins tidak begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekurangan
oksigen tetapi karena aliran darah keparu menurun. Dengan usaha diatas
diharapkan anak tidak lagi takipnea. Sianosis berkurang dan anak menjadi
dapat dilanjutkan dengan pemberian.
e) Propanolol 10,01-0,25 mg/kg BB IV
perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga serangan dapat diatasi.
Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal bolus diberikan
separuhnya bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10
menit berikutnya.
f) Ketamin 1-3 mg/BB (rata-rata 2,2
mg/kg) IV perlahan obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik
dan juga sedative.
g) Penambahan volume cairan tubuh
dengan infuse cairan dapat efektif dalam penanganan serangan sianotik.
Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran
keparu bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen keseluruh tubuh juga
meningkat.
Selanjutnya
lakukan:
Pumonal
oval 2-4 mg/kg hari dapat digunakan untuk serangan sianotik bila ada defisiensi
zat besi segera diatasi hindari dehidrasi.
B.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Data yang umum pada pasien dengan tetralogi of fallot
adalah:
a) Cyanosis menyeluruh atau pada
membrane mokosa bibir, lidah, konjungtifa, sianosis juga timbul pada saat
menangis atau tegang, berendam dalam air →dapat perifer atau sentral.
b) Dispnea biasanya menyertai aktifitas
makan,menangis atau tegang/stress.
c) Kelemahan, umum pada kaki.
d) Pertumbuhan dan perkembangan tidak
sesuai dengan usia.
e) Digital Clubing.
f) Sakit kepala.
g) Epistaksis
2. Diagnosa
Keperawatan
a) Resiko penurunan cardiac output b/d
adanya kelainan structural jantung.
b) Intoleran aktivitas b/d ketdak
seimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh
c) Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,kebutuhan nutrisi jaringan
tubuh.
d) Resiko infeksi b/d keadaan umum
tidak adekuat
3. Rencana
tindakan keperawatan
DX Kep 1 :Resiko penurunan cardiac
output b/d adnya kelainan structural jantung.
Tujuan : Penurunan cardiac output tidak terjadi
Kriteria Hasil : tanda vital dalam batas yang dapat diterima
,bebas gejala gagal jantung, melaporkan penurunan
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji frekuensi nadi, RR, TD secarateratur sekap 4 jam
.
Cata bunyi jantung.
Kaji perubahan warna kulit terhadap sionis dan pucat.
Pantau Intake dan Output setiap 24 jam.
Batasi aktivitas secara adekuat.
Berikan kondisi psikologis linkungan yang tenang.
|
Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin.
Mengetahui adanya perubahan irama jantung.
Pucat menunjukkan adanya peperusi perifer terhadap tidak adekuatnya jantung.
Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada Vertikal
.
Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan produksi cairan
dan natrium.
Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD meningkatkan
kerja jantung
|
DX Kep 2: Intoleransi aktivitas b/d
ketidak seimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh
Tujuan : Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang
adekuat
Kriteria hasil : Pasien dapat mengikuti aktivitas sesuai
kemampuan, istirahat tidur tercukupi
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
Dx Kep 3: Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,kebutuhan nutrisi jaringan
tubuh,isolasi social
Tujuan : Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurca
tumbuh kembang sesuai dengan usia.
Kritera hasil : Pasien dapat mengikui tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usia, pasien terbebas dari isolasi sosial
Intervensi
|
Rasional
|
Sediakan kebutuhan nutrisi
adekuat
Monitor BB/TB buat catatan
khusus sebagai monitor
Kolaborasi intake Fe dalam
nutrisi
|
Menunjang kebutuhan
nutrisi pada masa pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan daya tahan
tubuh
Sebagai monitor terhadap
pertumbuhan dan keadaan gizi pasien selama dirawat
Mencegah terjadinya anemia
sedini mungkin akibat penurunan kardiak output
|
Dx Kep 4: Resiko infeksi b/d keadaan
umum tidak adekuat
Tujuan:
:Infeksi tidak terjadi
Kritera hasil :Bebas dari
tanda-tanda infeksi
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji tanda vital dan tanda-tanda infeksi umum lainya
Hindari kontak dengan sumber-sumber infeksi
Sediakan waktu istirahat yang adekuat
Sediakan kebutuhan nutrisi yang adekuat sesuau kebutuhan
|
Monitor gejalaa dan tanda infeksi sedini mungkin
Menghindari pasien dari kemungkinan terkena infeksi dari sumber yang
dapat dihindari
Isrirahat adekuat membantu meningkatkan keadaan umum pasien
Nutrisi adekuat menunjang daya tubuh pasien yang optimal
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar