A.
KONSEP
DASAR MEDIS
1. Definisi
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan
pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran
darah dari ventrikel kiri ke aorta (Stewart WJ and Carabello BA, 2002:
509-516).
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep
(katup) aorta (aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan
penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari
penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik
kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung
berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).
Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau
penyumbatan pada katup aorta. Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup
aorta membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari
jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup aorta terdiri dari 3 kuncup
yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa melewatinya.
Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari
2 kuncup sehingga lubangnya lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah.
Akibatnya ventrikel kiri harus memompa lebih kuat agar darah bisa melewati
katup aorta.
2.
Etiologi
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta
sehingga menghalangi darah masuk ke aorta. Penyebab atau etiologi dari
stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD
(Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik.
Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :
1. Kelainan kongenital
Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa
penyempitan katup aorta. Sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan
katup aorta yang hanya mempunyai dua daun (normal katup aorta terdiri dari tiga
daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat tidak menimbulkan masalah atau
pun gejala yang berarti sampai ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan
dan penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis.
2. Penumpukan kalsium pada daun katup
Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi
kalsium (kalsifikasi katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang dapat
ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah yang melewati katup aorta
maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang kemudian dapat
menimbulkan penyempitan pada katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis
aorta yang berasla dari proses kalsifikasi banyak terjadi pada lansia di atas
65 tahun, namun gejalanya beru timbul saat klien berusia 70 tahun.
3. Demam rheumatik
Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau
menyebarnya kuman atau bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga
menyebabkan sampainya kuman atau bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman
tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian jaringan pada katup aorta.
Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian
hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan
kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan
katup jantung dapat berupa ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup
bahkan keduanya.
3. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
b. Fisiologi
Jantung adalah organ
berupa otot berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya diatas dan
puncaknya dibawah. Apeknya miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira – kira
300 gram. Jantung berada dalam thorax iga ke-3 kanan, iga ke-2 kiri sampai
intercosta ke-5. Jantung adalah organ berongga dengan sekepalan tangan orang
dewasa. Jantung terletak di rongga thoraks (dada) sekitar garis tengah antara
sternum atau tulang disebelah anferior dan vertebrae disebelah posterior Evelyn
C Pearce (2000:121) menyatakan: jantung terbagi oleh suatu sekat (septum)
menjadi dua belah yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi dalam
dua ruang yang atas disetiap atrium dan yang bawah ventrikel. Antara Atrium dan
ventrikel terdapat katup, yang kanan bernama katup (valvula) trikuspidalis dan
yang kiri katup mitral atau katup bikuspidalis. Lapisan jantung terdiri dari
endokardium (dalam), miokardium (inti) dan pericardium (luar). Dipersarafi oleh
nerfus simpatikus untuk meningkatkan kerja jantung dan nervus parasimpatikum
khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja memperlambat kerja jantung.
Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial kemudian kedua atrium berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastole. Lama kontraksi ventikel 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik. Hudak dan Gallo (1997:382 – 383) menyatakan “pada jantung terdiri arteri koroner besar, kiri dan kanan. Arteri koroner besar mempunyai dua cabang desenden anterior kiri yang juga disebut “window maker”. Melalui bawah anferior dinding kebawah apeks miokard. Bagian ini mensuplai aliran darah dua pertiga dari septum intrafentrikuler, kebanyakan dari apeks dan ventrikel kiri anferior. Enzim – enzim jantung di peroleh dari gambaran darah tiap 8 jam selama 1 – 2 hari. Ketika terjadi cedera, banyak protein lepas dari bagian dalam sel otot jantung dan masuk kedalam sirkulasi. Enzim – enzim jantung yang harus diobservasi pada jantung adalah Creatinkinase (CK), Laktat dehidrogenase (LDH) dan Serum Glutamik Oksaloasetat Tramsamine (SGOT). Cretinkinase (Ck) dengan isoenzimnya (Ck –Mb) dipandang sebagai indicator sensitive dan dapat dipercaya dalam menegakkan diagnose IMC. Terdapat tiga macam isoensim CK: (CK-MB= otot skeletal), (CK- MB = otot jantung), dan (CK- BB jaringan otak). CK- Mb adalah isoenzim khusus untuk jantung artinya CK – MB hanya ditemukan pada sel jantung dan tentu saja akan meningkat hanya bila terjadi kerusakan pada sel – sel tersebut.
Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial kemudian kedua atrium berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastole. Lama kontraksi ventikel 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik. Hudak dan Gallo (1997:382 – 383) menyatakan “pada jantung terdiri arteri koroner besar, kiri dan kanan. Arteri koroner besar mempunyai dua cabang desenden anterior kiri yang juga disebut “window maker”. Melalui bawah anferior dinding kebawah apeks miokard. Bagian ini mensuplai aliran darah dua pertiga dari septum intrafentrikuler, kebanyakan dari apeks dan ventrikel kiri anferior. Enzim – enzim jantung di peroleh dari gambaran darah tiap 8 jam selama 1 – 2 hari. Ketika terjadi cedera, banyak protein lepas dari bagian dalam sel otot jantung dan masuk kedalam sirkulasi. Enzim – enzim jantung yang harus diobservasi pada jantung adalah Creatinkinase (CK), Laktat dehidrogenase (LDH) dan Serum Glutamik Oksaloasetat Tramsamine (SGOT). Cretinkinase (Ck) dengan isoenzimnya (Ck –Mb) dipandang sebagai indicator sensitive dan dapat dipercaya dalam menegakkan diagnose IMC. Terdapat tiga macam isoensim CK: (CK-MB= otot skeletal), (CK- MB = otot jantung), dan (CK- BB jaringan otak). CK- Mb adalah isoenzim khusus untuk jantung artinya CK – MB hanya ditemukan pada sel jantung dan tentu saja akan meningkat hanya bila terjadi kerusakan pada sel – sel tersebut.
4.
Patofisiologi
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis
aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan tekanan selama sistolik antara
ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri menghasilkan
tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan
meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri).
Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun.
Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah
volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan mengakibatkan pembesaran
atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan menyebabkan
pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard
timbul timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang
hipertrofi.
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2. Gradien ventrikel
kiri dengan aorta mulai terlihat bila area katup aorta <1.5cm2.
Bila area katup mitral <1cm2, maka stenosis aorta sudah disebut
berat. Kemampuan adaptasi miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan
manifestasi baru muncul bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada
stenosis katup aorta (progressive pressure overload of left ventricle akibat
stenosis aorta) akan merangtsang mekanisme RAA (Renin-Angiotensin-Aldosteron)
beserta mekanisme lainnya agar miokard mengalami hipertrofi. Penambahan massa
otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan intra-ventrikel agar dapat
melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan wall stress yang
normal berdasarkan rumus Laplace: Stress= (pressurexradius): 2xthickness. Namun
bila tahanan aorta bertambah, maka hipertrofi akan berkembang menjadi patologik
disertai penambahan jaringan kolagen dan menyebabkan kekakuan dinding
ventrikel, penurunan cadangan diastolik, penigkatan kebutuhan miokard dan
iskemia miokard. Pada akhirnya performa ventrikel kiri akan tergangu akibat
dari asinkroni gerak dinding ventrikel dan after load mismatch. Gradien
trans-valvular menurun, tekanan arteri pulmonalis dan atrium kiri meningkat
menyebabkan sesak nafas. Gejala yang mentolok adalah sinkope, iskemia
sub-endokard yang menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal miokard
(gagal jantung kongestif). Angina timbul karena iskemia miokard akibat dari
kebutuhan yang meningkat hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen
akibat dari penurunan cadangan koroner, penurunan waktu perfusi miokard akibat
dari tahanan katup aorta.
Sinkop umumnya timbul saat aktifitas karena ketidak mampuan
jantung memenuhi peningkatan curah jantung saat aktifitas ditambah dengan
reaksi penurunan resistensi perifer. Aritmia supra maupun ventricular,
rangsangan baroreseptor karena peningkatan tekanan akhir diastolik dapat menimbulkan
hipotensi dan sinkop.
Gangguan fungsi diastolik maupun sistolik ventrikel kiri
dapat terjadi pada stenosis aorta yang dapat diidentifikasi dari pemeriksaan
jasmani, foto toraks dan enongkatan Peptida Natriuretik. Hipertrofi ventrikel
akan menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung. Deposisi kolagen akan
menambah kekauan miokard dan menyebabkan gisfungsi diastolik. Setelah penebalan
miokard maksimal, maka wall stress tidak lagi dinormalisasi sehingga terjadi
peninggian tekanan diastolik ventrikel kiri menghasilkan penurunan fraksi
ejeksi dan penurunan curah jantung yang disebut sebagai disfungsi sistolik
5.
Manifestasi
klinis
Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga
berat. Tipe gejala dari stenosis katup aorta berkembang ketika penyempitan
katup semakin parah. Regurgitasi katup aorta terjadi secara bertahap terkadang
bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan jantung telah dapat mengkompensasi
penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi klinis dari stenosis katup
aorta :
1. Nyeri dada
Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari
pasien-pasien dan akhirnya pada setengah dari pasien-pasien dengan aortic
stenosis. Nyeri dada pada pasien-pasien dengan aortic stenosis adalah sama
dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien dengan penyakit
arteri koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari kondisi-kondisi
ini, nyeri digambarkan sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan
oleh pengerahan tenaga dan dihilangkan dengan beristirahat. Pada pasien-pasien
dengan penyakit arteri koroner, nyeri dada disebabkan oleh suplai darah yang
tidak cukup ke otot-otot jantung karena arteri-arteri koroner yang menyempit.
Pada pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri dada seringkali terjadi tanpa
segala penyempitan dari arteri-arteri koroner yang mendasarinya. Otot jantung
yang menebal harus memompa melawan tekanan yang tinggi untuk mendorong darah
melalui klep aortic yang menyempit. Ini meningkatkan permintaan oksigen otot
jantung yang melebihi suplai yang dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri dada
(angina).
Ciri-ciri
angina :
Biasanya
penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah
tulang dada (sternum).
Nyeri
juga bisa dirasakan di:
·
Bahu
kiri atau di lengan kiri sebelah dalam.
·
Punggung
·
Tenggorokan,
rahang atau gigi
·
Lengan
kanan (kadang-kadang).
Banyak
penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan
nyeri.
Yang
khas adalah bahwa angina:
·
Dipicu
oleh aktivitas fisik
·
Berlangsung
tidak lebih dari beberapa menit
·
Akan
menghilang jika penderita beristirahat.
Kadang
penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan
tertentu.
Angina
seringkali memburuk jika:
·
Aktivitas
fisik dilakukan setelah makan
·
Cuaca
dingin
·
Stres
emosional.
2. Pingsan (syncope)
Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis
biasanya dihubungkan dengan pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi
ini menyebabkan relaksasi (pengenduran) dari pembuluh-pembuluh darah tubuh
(vasodilation), menurunkan tekanan darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak
mampu untuk meningkatkan hasil untuk mengkompensasi jatuhnya tekanan darah.
Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan pingsan. Pingsan
dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu denyut jantung
yang tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup
rata-rata adalah kurang dari tiga tahun setelah timbulnya nyeri dada atau
gejala-gejala syncope.
3. Sesak napas
Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling
tidak menyenangkan. Ia mencerminkan kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi
beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis. Sesak napas disebabkan oleh
tekanan yang meningkat pada pembuluh-pembuluh darah dari paru yang disebabkan
oleh tekanan yang meningkat yang diperlukan untuk mengisi ventricle kiri.
Awalnya, sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit
berlanjut, sesak napas terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat
menemukannya sulit untuk berbaring tanpa menjadi sesak napas (orthopnea). Tanpa
perawatan, harapan hidup rata-rata setelah timbulnya gagal jantung yang
disebabkan oleh aortic stenosis adalah antara 6 sampai 24 bulan.
6.
Komplikasi
1. Gagal jantung
2. Hipertensi sisitemik
3. Nyeri dada (angina pectoris)
4. Sesak nafas
7.
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta
asimtomatik, tetapi begitu timbul gejala seperti sinkop, angina atau gagal
jantung segera harus dilakukan operasi katup, tergantung pada kemampuan dokter
bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi (repair) atau replace (mengganti katup
dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu dirujuk untuk pemeriksaan
Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan
untuk menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan,
sulit memberikan nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Komisurotomi sederhana biasanya kurang menolong. Penyempitan katup bawaan
begitu keras, sehingga dengan melebarkan saja tidak dapat diharapkan hasil yang
memuaskan. Penggantian katup harus dipertimbangkan. Disinilah letak
kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa masih sangat mengerikan.
Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan
remaja jika terdapat perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang
menyempit. Dari pihak lain tantangan terhadp anggapan tersebut bahwa stenosis
aorta membahayakan kehidupan. Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga
terpaksa diharuskan, tetapi kemudian akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan
dalam proses perkembangan rohani dan jasmani. Pada saat ini masih masih tidak
diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut. Lebih mudah menentukan
sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran murni, yaitu dengan
membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih sukar lagi dari pada stenosis
supavalvular yang mortalitas tinggi.
Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang
menyempit dengan kateter yang dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan
cukup efektif, meskipun kemungkinan terjadinya penyempitan kembali sering.
Berikut beberapa cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan
antara lain:
1.
Teknik
nonsurgical (tanpa tindakan operatif)
2.
Balloon
Valvuloplasty (valvulotomy).
Seringnya tindakan yang bertujuan untuk membenarkan
kembali katup tanpa menggantinya merupakan tindakan yang paling sering
digunakan. Balloon valvuloplasty dilakukan dengan kateter tipis dan lembut yang
ujungnya diberi balon yang dapat dikembangkan ketika mencapai katup. Balon yang
mengembang tersebut akan menekan katup yang menyempit sehingga dapat terbuka
kembali dan memungkinkan darah dapat mengalir dengan normal kembali. Balon
valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis katup aorta
beserta manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama efektif pada infant
dan anak-anak. Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini tidak selalu berhasil
karena stenosis dapat muncul kembali setelah dilakukan balon valvuloplasty.
Oleh karena alasan di atas, untuk penyembuhan stenosis katup aorta pada dewasa
jarang dilakukan balon valvuloplasty terkecuali pada klien yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan operasi penggantian katup atau valvuloplasty.
1.
Percutaneous
aortic valve replacement.
Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan
kembali katup aorta percutan merupakan penatalaksanaan yang tersering yang
dilakukan pada klien dengan stenosis katup aorta. Pendekatan terbaru dengan
metode ini memungkinkan untuk melakukan metode ini dengan menggunakan kateter.
Metode ini dilakukan jika terjadi pada klien dengan resiko tinggi timbulnya
komplikasi dari stenosis katup aorta
1.
Pembedahan
katup aorta dilakukan dengan beberapa metode antara lain :
2.
Penempatan
kembali katup aorta.
Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus
stenosis katup aorta. Pembedahan dilakukan dengan mengambil katup yang rusak
dengan katup mekanik baru atau bagian dari jaringan katup. Katiup mekanik
terbuat dari metal, dapat bertahan lama tetapi dapat pula menyebabkan resiko
penggumpalan darah pada katup atau daerah yang dekat dengan katup. Oleh karena
itu untuk mengatasinya klien harus mengkonsumsi obat anti koagulan seperti
warfarin (caumadin) seumur hidup untuk untuk mencegah penggumpalan darah.
Sedangkan penggantian dengan katup jaringan ini dapat diambil dari babi, sapi
atau berasal dari cadaver manusia. Tipe lainnya menggunakan jaringan katup yang
berasal dari katup pulmonary klien itu sendiri jika dimungkinkan.
1.
Valvuloplasty.
Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode
valvuloplasty lebih baik untuk dilakukan daripada penggunaan metode balon
valvuloplasty. Seperti pada bayi yang baru lahir yang mengalami kelainan dimana
daun katup aorta menyatu. Dengan menggunakan cara operasi bedah cardiac pada
katup aorta untuk memisahkan daun katup yang menyatu dan meningkatkan kembali
aliran darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki katup yaitu
menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar katup.
B.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
1) Keluhan
Utama :
Klien dengan stenosis aorta akan mendapatkan nyeri dada
(angina), pingsan (syncope) dan sesak napas yang disebabkan oleh gagal jantung.
Pada 4% pada pasien dengan stenosis aorta, gejala pertama adalah kematian
mendadak, biasanya sewaktu pengerahan tenaga yang berat.
a)
Riwayat
Penyakit Sekarang :
Klien
marasa nyeri dada dan disertai dengan sesak nafas, hingga akhirnya klien
mengalami sinkope, kemudian keluarga membawanya ke RS
b)
Riwayat
Kesehatan Masa Lalu :
Klien
pernah dirawat di RS
c)
Riwayat
Penyakit Keluarga :
Perlu
ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab stenosis aorta.
2. Observasi keadaan umum
·
Suhu
: 36,7oC
·
Nadi
: 48 x/menit
·
Tekanan
Darah : 110/70 mmHg
·
RR : 48 x/menit
2.
Diagnosa keperawatan
1.
Nyeri
dada behubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah ke miokardium akibat
sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.
2.
Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli dan
retensi cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru.
3.
Perubahan
perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan cardiac output sekunder.
4.
Resiko
tinggi terhadap ketidakseimbangan volume cairan (kelebihan) berhubungan dengan
peningkatan retensi cairan dan natrium oleh ginjal.
5.
Intoleransi
Aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan supplay oksigen dan kebutuhan
oksigen jaringan.
6.
Ansietas
berhubungan dengan prognosa penyakit jantung.
3.
Intervensi
- Nyeri dada yang berhubungan
dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen ke miokardium
·
Tujuan
: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respons nyeri
dada
·
Kriteria
evaluasi : Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara
objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi
penurunan perfusi perifer, urine >600ml/ hari.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Kolaborasi
Pemberian
terapi farmakologi antiangina (nitrogliserin)
|
Nyeri
berat dapat ,menyebabkan syok kardiogenik yang berdampak pada kematian
mendadak.
Obat-
obat antiangina bertujuan untuk meningkatkan aliran darah baik dengan
menambah suplai oksigen atau dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan
oksigen. Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilator koroner
|
1. Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial akibat
sekunder dari edema paru.
- Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam
tidak terjadi perubahan pola napas.
- Kriteria hasil : Klien tidak
sesak napas, RR dalam batas normal (16- 20x/ menit), respons batuk
berkurang.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Kolaborasi
|
|
- Perubahan perfusi jaringan yang
berhubungan dengan penurunan cardiac output sekunder
- Data Penunjang : Mengeluh sesak
nafas, badan panas, cepat lelah, pusing, mual, nyeri dada, palpitasiO : BP
menurun, MAP abnormal, tachichardi, denyut lemah, Dyspnea, dysritmia,
pulsus paradoks, JVP > 3 cm H2O, Cyanosis
- Kriteria Hasil: Keluhan hilang,
ABG normal, pola EKG, isoelektrik, Vital sign dan cardiac isoenzim dalam
batas normal , tanda pulsus paradoks hilang, cyanosis hilang
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
-
Oksigenasi konsentrasi 24 % - 25 % dengan kecepatan aliran 2 – 3 liter
permenit
-
Digitalis, diuretic, anti disritmia
-
Antibiotik per parenteral
-
Pericardiocentesis
|
-
Membantu klien untuk memenuhi oksigenasinya.
-
Obat- obat ini dapat mencegah memprburuk keadaan klien.
|
- Data Penunjang : Berat badan
meningkat, Adanya Edema
- Kriteria Hasil : Keseimbangan
output dan input cairan, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang
normal, dan tidak ada edema
Intervensi
|
Rasional
|
10.
Berikan cairan sesuai indikasi
11.
Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi
|
|
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan
dengan ketidaksimbangan supplay oksigen dan kebutuhan oksigen jaringan.
·
Data
Penunjang :
-
Laporan verbal kelemahan atau fatigue
-
Kecepatan jantung abnormal atau TD tidak berespon terhadap aktivitas
-
Ketidaknyamanan kerja atau dyspnea
Intervensi
|
Rasional
|
|
- Data Penunjang :
-
Rangsang simpatis, eksitasi, kardiovaskuler, gelisah, insomnia
-
Peningkatan tegangan, ketakutan
-
Peningkatan ketidakberdayaan ; Takut konsekuensi yang tak khusus
-
Ketidakpastian ; Fokus pada diri sendiri
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.
Mengetahui klien dalam keadaan normal atau tidak.
2.
Dengan kenyamanan, bias mengurangi kecemasan klien yang berhubungan dengan
penyakitnya.
3.
Dengan memanajemen waktu dengan baik, kondisi klien bisa fit saat
beraktivitas.
4.
Sharing atau saling cerita mengenai apa yang dirasakan tentang penyakitnya
pada perawat agar perawat bisa memantau kondisi psikologis klien.
5.
Mengetahui klien dalam keadaan stress atau tidak agar koping klien efektif.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar