Selasa, 06 Maret 2012

Tetralogy Of Fallot


    KONSEP DASAR MEDIS
             1.      Definisi
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif, makin lama makin berat.
2.      Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :
1.      Faktor endogen
a.       Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom.
b.      Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
c.       Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
a.       Riwayat kehamilan ibu: sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu).
b.      Ibu menderita penyakit infeksi: rubella
c.       Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
             3.      Anatomi dan Fisiologi
a.       Anatomi

b.      Fisiologi
Jantung adalah organ berupa otot berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya diatas dan puncaknya dibawah. Apeknya miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira – kira 300 gram. Jantung berada dalam thorax iga ke-3 kanan, iga ke-2 kiri sampai intercosta ke-5. Jantung adalah organ berongga dengan sekepalan tangan orang dewasa. Jantung terletak di rongga thoraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum atau tulang disebelah anferior dan vertebrae disebelah posterior Evelyn C Pearce (2000:121) menyatakan: jantung terbagi oleh suatu sekat (septum) menjadi dua belah yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi dalam dua ruang yang atas disetiap atrium dan yang bawah ventrikel. Antara Atrium dan ventrikel terdapat katup, yang kanan bernama katup (valvula) trikuspidalis dan yang kiri katup mitral atau katup bikuspidalis. Lapisan jantung terdiri dari endokardium (dalam), miokardium (inti) dan pericardium (luar). Dipersarafi oleh nerfus simpatikus untuk meningkatkan kerja jantung dan nervus parasimpatikum khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja memperlambat kerja jantung.
Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial kemudian kedua atrium berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastole. Lama kontraksi ventikel 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik. Hudak dan Gallo (1997:382 – 383) menyatakan “pada jantung terdiri arteri koroner besar, kiri dan kanan. Arteri koroner besar mempunyai dua cabang desenden anterior kiri yang juga disebut “window maker”. Melalui bawah anferior dinding kebawah apeks miokard. Bagian ini mensuplai aliran darah dua pertiga dari septum intrafentrikuler, kebanyakan dari apeks dan ventrikel kiri anferior. Enzim – enzim jantung di peroleh dari gambaran darah tiap 8 jam selama 1 – 2 hari. Ketika terjadi cedera, banyak protein lepas dari bagian dalam sel otot jantung dan masuk kedalam sirkulasi. Enzim – enzim jantung yang harus diobservasi pada jantung adalah Creatinkinase (CK), Laktat dehidrogenase (LDH) dan Serum Glutamik Oksaloasetat Tramsamine (SGOT). Cretinkinase (Ck) dengan isoenzimnya (Ck –Mb) dipandang sebagai indicator sensitive dan dapat dipercaya dalam menegakkan diagnose IMC. Terdapat tiga macam isoensim CK: (CK-MB= otot skeletal), (CK- MB = otot jantung), dan (CK- BB jaringan otak). CK- Mb adalah isoenzim khusus untuk jantung artinya CK – MB hanya ditemukan pada sel jantung dan tentu saja akan meningkat hanya bila terjadi kerusakan pada sel – sel tersebut.
            5.      Manifestasi Klinis
·         Sianosis
Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan→hipertrofi intudikulum meningkat→obstuksi meningkat disertai pertumbuhan yamg semakin meningkat→sianosis.
·         Dispnea
Terjadi bila penderita melakukan aktivitas fisik.
·         Serangan-serangan dispnea paraksinal (serangan-serangan anoksia baru) semakin bertambah usia, sianosis bertambah berat →umum pada pagi hari.
·         Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan gangguan pada pertambahan tinggi badan terutama pada anak, keadaan gizi kurang dari kebutuhan normal. Pertumbuhan otot-otot dari jaringan subcutan terlihat kendor dan lunak, masa pubertas terlambat.
·         Denyut pembuluh darah normal.
Jantung biasanya dalam ukuran normal, apeks jantung jelas terlihat, suatu getaran sistolis dapat dirasakan disepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal 3 dan 4.
·         Bising sistolik
Terdengar keras dan kasar, dapat menyebar luas,tetapi intensitas terbesar pada tepi kiri tulang dada.

          6.      Komplikasi
1.      Trombosis pulmonal
2.      CVA thrombosis
3.      Abses otak
4.      Anemia
5.      Perdarahan relative
            7.      Penatalaksanaan
a)      Posisi lutut ke dada agar aliran ke paru bertambah.
b)      Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg sc, IM atau IV menekan pusat pernafasaan dan mengatasi takipneu.
c)      Birkabonas natrikus 1 mg/kg BB IV untuk mengatasi asidosis.
d)     Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disins tidak begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekurangan oksigen tetapi karena aliran darah keparu menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea. Sianosis berkurang dan anak menjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian.
e)      Propanolol 10,01-0,25 mg/kg BB IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal bolus diberikan separuhnya bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
f)       Ketamin 1-3 mg/BB (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative.
g)      Penambahan volume cairan tubuh dengan infuse cairan dapat efektif  dalam penanganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran keparu bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen keseluruh tubuh juga meningkat.
Selanjutnya lakukan:
Pumonal oval 2-4 mg/kg hari dapat digunakan untuk serangan sianotik bila ada defisiensi zat besi segera diatasi hindari dehidrasi.
B.     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
         1.      Pengkajian
Data yang umum pada pasien  dengan tetralogi of fallot adalah:
a)      Cyanosis menyeluruh atau pada membrane mokosa bibir, lidah, konjungtifa, sianosis juga timbul pada saat menangis atau tegang, berendam dalam air →dapat perifer atau sentral.
b)      Dispnea biasanya menyertai aktifitas makan,menangis atau tegang/stress.
c)      Kelemahan, umum pada kaki.
d)     Pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai dengan usia.
e)      Digital Clubing.
f)       Sakit kepala.
g)      Epistaksis

       2.      Diagnosa Keperawatan
a)      Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
b)      Intoleran aktivitas b/d ketdak seimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh
c)      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak  adekuat,kebutuhan nutrisi jaringan tubuh.
d)     Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat

         3.      Rencana tindakan keperawatan
DX Kep 1 :Resiko penurunan cardiac output b/d adnya kelainan structural jantung.
Tujuan             : Penurunan cardiac output tidak terjadi
Kriteria Hasil   : tanda vital dalam batas yang dapat diterima ,bebas gejala gagal jantung, melaporkan penurunan
                 
Intervensi
Rasional
         Kaji frekuensi nadi, RR, TD secarateratur sekap 4 jam
.
         Cata bunyi jantung.

         Kaji perubahan warna kulit terhadap sionis dan pucat.


         Pantau Intake dan Output setiap 24 jam.

         Batasi aktivitas secara adekuat.


         Berikan kondisi psikologis linkungan yang tenang.   
         Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin.

         Mengetahui adanya perubahan irama jantung.


         Pucat menunjukkan adanya peperusi perifer terhadap tidak adekuatnya jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada Vertikal
.
         Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan produksi cairan dan natrium.

         Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD meningkatkan kerja jantung


DX Kep 2: Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh
Tujuan             : Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat
Kriteria hasil    : Pasien dapat mengikuti aktivitas sesuai kemampuan, istirahat tidur tercukupi  

Intervensi
Rasional
  • Ikuti pola istirahat pasien ,hindari pemberian intervensi pada saat istirahat

  • Lakukan perawatan dengan cepat,hindari pengeluaran energi berlebih dari pasien

  • Bantu pasien memilih kegiatan yang tidak melelahkan

  • Hindari perubahan suhu lingkungan yang mendadak


  • Kurangi kecemasan pasien dengan memberi penjelasan yang dibutuhkan pasien dan keluarga

  • Respon perubahan keadaan psikologis (menangis,murung) dengan baik
  • Menghindari gangguan pada istirahat tidur pasien sehingga kebutuhan energi dan dibatasi yang lebjh pentung

  • Meningkatkan kebutuhan isrirahat pasien dari kegiatan yang melelahkan dan meningkatkan beban

  • Perubahan suhu lingkungan yang mendadak merangsang kebutuhan akan oksigen yang meningkat

  • Kecemasan meningkatkan respon psikologis yang merangsang peningkatan kortisol dan meningkatkan suplai O2

  • Stres dan kecemasan berpengaruh terhadap kebutuhan O2 jaringan


Dx Kep 3: Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,kebutuhan nutrisi jaringan tubuh,isolasi social
Tujuan             : Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurca tumbuh kembang sesuai dengan usia.
Kritera hasil     : Pasien dapat mengikui tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usia, pasien terbebas dari isolasi sosial

Intervensi
Rasional
  Sediakan kebutuhan nutrisi adekuat

  Monitor BB/TB buat catatan khusus sebagai monitor


  Kolaborasi intake Fe dalam nutrisi
  Menunjang kebutuhan nutrisi pada masa pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan daya tahan tubuh

  Sebagai monitor terhadap pertumbuhan dan keadaan gizi pasien selama dirawat


  Mencegah terjadinya anemia sedini mungkin akibat penurunan kardiak output

Dx Kep 4: Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat
Tujuan:         :Infeksi tidak terjadi
Kritera hasil :Bebas dari tanda-tanda infeksi

Intervensi
Rasional
  Kaji tanda vital dan tanda-tanda infeksi umum lainya

  Hindari kontak dengan sumber-sumber infeksi


  Sediakan waktu istirahat yang adekuat

  Sediakan kebutuhan nutrisi yang adekuat sesuau kebutuhan
  Monitor gejalaa dan tanda infeksi sedini mungkin

  Menghindari pasien dari kemungkinan terkena infeksi dari sumber  yang dapat dihindari

  Isrirahat adekuat membantu meningkatkan keadaan umum pasien


  Nutrisi adekuat menunjang daya tubuh pasien yang optimal

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...