Jumat, 08 Februari 2013

AsKep Hernia


BAB I : TINJAUAN TEORI

        A.   KONSEP MEDIS
1.    Pengertian
Hernia secara umum merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ internal atau kelemahan pada otot yang mengelilingi dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut.

2.    Anatomi dan Fisiologi

3.    Klasifikasi
1.    Berdasarkan sifatnya
-          Hernia reponibel  yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk . usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk, tidak adanya keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus
-          Hernia ireponibel yaitu bila isi kantung hernia tidak dapat di kembalikan ke dalam rongga, ini biasanya di sebabkan perlekatan isi kantong pada peritoneum  kantong hernia, tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus .
-          Hernia strangulate/kasurata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia insakerata  berarti isi kantong terperangkap ,  tidak dapat kembali keronggo perut di sertai akibatnya gangguan pasase / vaskularisasi. Hernia strangulate mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasokannya terjepit.
2.    Berdasarkan letaknya
-          Hernia hiatal kondisi dimana kerongkongan ( pipa tenggorokan ) turun ,melewati diafragma melalui celah yang di sebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada ( thoraks).
-          Hernia femoralis muncul sebagai benjolan di pangkal paha lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria .
-          Hernia inguinalis hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di selangkangann atau skrotum. Orang awam biasa menyebutnya “ turun berok “. Terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui celah . lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita .
-          Hernia epigastrik terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut . hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relative lemah. Hernia ini sering menimbulan rasa sakit dan tidak dapat di dorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali di temukan .
-          Hernia umbilical berkembang di dalam dan sekitar umbilicus yang disebabkan bukaan pada dinding perut , yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya . jika kecil (kurang dari 1 cm)  hernia jenis ini sering menutup secara bertahap sebelum usia 2 tahun.
-          Hernia insisional dapat terjadi melaluai luka paska operasi perut . hernia ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya .
-          Hernia nucleus pulpasi ( HNP ) hernia yang melibatkan cakram tulang belakang ada diskus invertebralis yang menyerap goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi diskus invertebralis yang menyebabkan saraf terjepit ( sciatica ) hernia ini umumnya terjadi di punggung bawah pada 3 vertebra lumbar bawah .
3.    Berdasarkan terjadinya
-          Hernia congenital merupakan hernia yang terjadi sejak lahir karena kelainan bawaan yang terjadi pada bayi yang berada dalam kandungan dan menetap sampai bayi lahir.
-          Hernia akuisita merupakan hernia yang terjadi karena bukan kelainan congenital . umumnya terjadi akibat factor peningkatan tekanan intra abdomen . hernia ini terbagi menjadi 2 yaitu :
Hernia primer terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah seperti pada:
·         Struktur yang menembus dinding abdomen seperti pembuluh darah femoralis yang melalui kanalis femoralis.
·         Otot dan aponeurosis yang gagal; untuk menutup secara normal seperti  pada   region lumbal .
·         Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek, seperti pada umbilicus.
Hernia sekunder terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding seperti pada laparatomi dan trauma tembus.

4.    Etiologi
Etiologi terjadinya hernia yaitu :
a.    Defek dinding abdomen.
Hal ini dapat terjadi sejak lahir (congenital) atau didapat seperti karena usia, keturunan, akibat dari pembedahan sebelumnya.
b.    Peningkatan tekanan intra abdominal.
Penyakit paru obstruksi menahun (batuk kronik), kehamilan, obesitas, adanya benigna prostat hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan tekanan intra abdominal.


5.    Patofisiologi
            Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu , kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi hernia (usus, omentum, kadang berisi organ intraperitoneal lain atau organ ekstra peritoneal seperti ovarium, apendiks difertikel dan buli-buli), dan struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum), umbilicus, paru dan sebagainya.
            Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly kongenital atau didapat, lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita. Faktor yang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peningkatan tekanan intraabdomen pada kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi dan miksi akibat BPH dan kelemahan otot di dinding perut karena usia.
            Secara patofisiologi pada hernia indirek, sebagian usus keluar melalui duktus spermatikus sebelah lateral dari arteri epigastrika inferior mengikuti kanalis inguinalis yang berjalan miring dari lateral atas ke medial, masuk ke dalam skrotum. Juga disebut hernia inguinalis lateralis oblique dan biasanya merupakan hernia kongenital. Kongenital karena melalui suatu tempat yang juga merupakan kelemahan kongenital. Karena usus keluar dari rongga perut masuk ke dalam skrotum dan jelas tampak dari luar maka hernia inguinalis disebut pula hernia eksternal.
            JIka lubang hernia cukup besar maka isi hernia (usus) dapat didorong masuk lagi, keadaan ini disebut Hernia Reponibel. Jika hernia tidak dapat masuk lagi disebut Hernia Inkaserata, pada keadaan ini terjadi bendungan pembuluh darah yang disebut Strangulasi. Akibat gangguan sirkulasi darah akan terjadi kematian jaringan setempat yang disebut Infark. Infark pada usus disertai dengan rasa nyeridan perdarahan disebut Infark Hemoragik.
            Bagian usus yang nekrotik berwarna merah kehitam-hitaman dengan dinding yang menebal akibat bendungan dalam vena. Darah dapat juga masuk ke dalam isi hernia (usus) atau ke dalam kantong hernia. Akibat infeksi kuman yang ada dalam rongga usus yang terbendung, maka mudah terjadi pembusukan atau gangren.



6.    Manifestasi Klinis
a.    Tampak adanya benjolan dilipatan paha atau perut bagian bawah dan benjolan bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan oleh keluarnya suatu organ.
b.    Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat tersebut disertai perasaan mual.
c.    Nyeri yang diekspresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri tidakk hanya didapatkan didaerah inguinal tetapi menyebar ke daerah panggul, belakang kaki, dan daerah genital yang disebut Reffered Pain. Nyeri biasanya meningkat dengan durasi dan insensitas dari aktivitas / kerja yang berat.Nyeri akan meredah atau menghilang jika istirahat. Nyeri akan bertambah berat jika terjadi strngulasi karena suplai darah ke daerah hernia terhenti sehingga kulit menjadi merah dan panas.
d.    Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria), disertai hematuria (kencing darah), di samping benjolan di bawah sela paha.
e.    Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak nafas.
f.     Bila klien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

7.    Pemeriksaan Diagnostik
1.    Pemeriksaan Darah Lengkap ; Untuk mendeteksi terjadinya (peningkatan leokosit,hemotokrit), dan adanya ketidakseimbangan elektrolit.
2.    Pemeriksaan Urin ; Untuk mendeteksi munculnya sel darah atau bakteri yang mengidentifikasi terjadinya infeksi.
3.    Pemeriksaan Foto Thoraks :Untuk mengeliminasi penyakit sistemik penyulit intra operasi.
4.    Pemeriksaan CT Scan : Untuk mendeteksi adanya hernia ekstra kolon.
5.    Pemeriksaan Kultur Jaringan : Untuk mendeteksi adenitistuberkolosis.
6.    Pemeriksaan USG : Untuk mendeteksi adanya masa hernia.
                                                   
8.    Penatalaksanaan Medis
1.      Terapi Konservatif
a.    Reposisi.
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi.
b.    Pemakaian penyangga/sabuk hernia.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
2.      Terapi Operatif
a.    Herniotomi
Pada Herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit, diikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b.    Hernioplasti
Pada Hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang canalis inguinalis.
3.      Medikasi
a.    Pemberian Analgesik untuk mengurangi nyeri
b.    Pemberian Antibiotik untuk menyembuhkan infeksi.

4.        Aktivitas dan Diet
a.    Aktivitas
Hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah pembedahan.
b.    Diet
Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan sampai saluran Gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi  seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama buang air besar. Hindari kopi, teh, cokelat, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, dan setiap makanan atau bumbu yang memperburuk gejala.

9.    Komplikasi
Komplikasi yangmungkin terjadi pada hernia sebagai berikut :
a.    Hernia berulang
b.    Obstruksi usus parsial / total
c.    Luka pada usus
d.    Perdarahan yang berlebihan
e.    Infeksi luka bedah
f.     Peritonitis.

10.  Discharge Planning






B.   ASUHAN KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
a.    Aktivitas / Istirahat.
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama. Membutuhkan matras / papan yang keras saat tidur. Penurunan rentang gerak dari ekstermitas pada salah satu baagian tubuh. Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.
Tanda : Atrofi otot pada bagian yang tertkena dan gangguan dalam berjalan.
b.    Eliminasi.
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontinensia /  retensi urin.
c.    Integritas Ego.
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan , dan financial keluarga.
Tanda : Tampak cemas, defresi menghindarf dari keluarga atau orang terdekat.
d.    Neuro Sensori.
Gejala : Kesemutan, kekakuan, dan kelemahan dari tangan atau kaki.
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, dan hipotonia. Nyeri tekan atau spasme otot para vetebralis. Penurunan persepsi nyeri (sensorik).
e.    Nyeri / Kenyamanan.
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat kaki atau fleksi pada leher, defekasi, nyeri yang tiada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara intermiten ; nyeri yang menjalar pada kaki, bokong (lumbal) atau bahu / lengan ; kaku pada leher atau servikal. Terdengar adanya suara “ Krek ” saat nyeri bahu timbul / saat trauma atau merasa punggung patah. Keterbatasan untuk mobilisasi atau membungkuk ke depan.Tanda : Sikap ; dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena. Perubahan cara berjalan, berjalan dengan cara terpincang-pincang, pinggang terangkaat pada bagian tubuh yang terkena.
f.     Keamanan.
Gejala : Ada riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

2.    Diagnosa Keperawatan
a.    Pra Operasi
1.    Nyeri b/d penekanan terhadap cincin hernia.
2.    Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan.
3.    Konstipasi b/d feses mengeras.
4.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
5.    Ketidakseimbangan elektrolit b/d mual muntah.
6.    Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.
b.    Post Operasi
1.    Nyeri b/d adanya luka pembedahan; gangguan pada kulit, jaringan, dan integritas otot.
2.    Kerusakan integritas kulit b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan pembedahan
3.    Risiko  infeksi b/d insisi pembedahan
4.    Deficit perawatan diri b/d kelemahan fisik.


3.  Intervensi                                               
      a. Pre Operasi.
1)      Nyeri b/d penekanan terhadap cincin hernia.
Intervensi :
a)    Kaji skala, lokasi, durasi, intensitas, dan karakteristik nyeri.
R: berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan luka.
b)    Kaji tanda-tanda vital.
R :
c)    Lakukan perubahan posisi setelah 2 jam, seperti semifowler, miring.
d)    Ajarkan penggunaan teknik relaksasi.
e)    Berikan obat sesuai indikasi, analgesic.


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...